Lhok ketapang, aceh besar, Foto by arieyamani.blogspot.com

Saban kali mendengar perihal berwisata ke Aceh, tidak sedikit orang akan ogah-ogahan. Ada begitu banyak alas an yang akan disampaikan. Mulai dari yang masuk akal, sampai beberapa alasan yang lebih terkesan hoax.

Harus diakui, Aceh masih belum menjadi tujuan destinasi wisata favorite di Indonesia. Mulai dari letaknya di ujung Sumatra, sampai beragam stigma negative yang dihembuskan media mainstream ibukota menjadi penyebabnya. Bahkan, beberapa teman blogger travelers menjadi Aceh sebagai daerah cadangan dalam list kunjungan mereka. Menyedihkan. Tapi ini adalah kenyataan, bukan?

Inilah 5 alasan kenapa kamu tidak ingin ke Aceh ;

Tiket Ke Aceh Mahal!
Penerbangan non promo dari Jakarta ke Banda Aceh itu, berkisar 750 ribu rupiah sekali terbang. Dan itupun dengan maskapai si singa udara. Bila burung biru? Wah, harganya bisa hampir dua kali lipat. Lalu, kalau pulang pergi?

Silahkan kamu hitung, dengan harga tiket semahal itu kamu bisa kemana saja?
Lalu, benarkah tiket ke Aceh itu mahal? ada banyak jalan menuju Roma, begitupun ada banyak cara menuju Aceh.

Ke Aceh, kini bisa di akses melalui Batam, Singapura, dan Malaysia. Itu bila kamu memilih pesawat sebagai alat transportasi utama. Dan, kamu bisa menghemat hampir setengah dari harga tiket pada umumnya. Syaratnya hanya satu, Paspor!

Kak Fiona di Aceh tahun lalu (sumber http://fionacallaghan.com/)
Nah, bila sudah bela-belain ke Aceh, lantas ada apakah di Aceh sampai harus ke sini. Apakah tidak ada destinasi yang menarik selain Aceh? Ada banyak! Tapi Aceh tetap memiliki keunikannya sendiri. Percayalah…

Di Tangkap Polisi Syariat Islam

Bukan sekali dua, saya mendengar keluhan bila ke Aceh, pasti akan ditangkap oleh polisi syariat. Benarkah? Tentu saja benar! Itu tidak salah sama sekali.  Aceh, merupakan salah satu provinsi di negera Indonesia ini yang menjalankan hokum Islam sebagai salah satu landasan hokum daerahnya. Jadi, polisi syariat adalah satu dari sekian banyak produk hukumnya.

Tapi tahukah kamu, tugas polisi syariat itu apa? Dan mengapa kamu akan ditangkap oleh polisi yang berseragam hijau lumut ini? Mungkin, keterangan dari laman wiki ini bisa membantu untuk menjelaskan tugas pokok dari polisi syariat Islam di Aceh ini.

Berdasarkan peraturan wewenang Wilayatul Hisbah adalah mengawasi, membina dan menyidik dan tidak memiliki kewenangan untuk menangkap dan menahan. Pasukan yang membantu Wilayatul Hisbah adalah Polisi Pamong Praja yang dapat melakukan razia dan menangkap "tangan" ditempat. Khusus pada aturan '“khalwat" di mana dua orang bukan keluarga yang masih lajang dan berjenis kelamin berbeda ditemukan berduaan ataupun kode pakaian muslim, penerapan hukumnya pada pelanggarnya dapat ditahan hingga 24 jam [sumber wikipedia)

Lalu, pertanyaan sekarang, kamu ke Aceh untuk melepaskan nafsu libidomu akan lawan jenis yang belum kamu nikahi atau untuk menikmati alam, budaya, dan kuliner Aceh? Bila kamu lebih memilih menikmati wisata di Aceh, maka bisa saya pastikan, polisi syariat tidak akan sudi menangkap kamu.
Baca juga : Mau Enak, Jangan Ke Aceh!
Tidak Ada Hiburan Malam
Bioskop, diskotik, kafe remang-remang, dunia gemerlap, dan segala sesuatu yang berhubungan denganya, hampir bisa dipastikan akan sulit ditemukan di Aceh. Terutama bioskop, dan diskotik.

Jadi, akan sangat kasian bila kamu ke Aceh, tapi kamu malah mencari dunia malam di sini.
foto by google
Bukan hanya kamu yang kecewa, karena di Aceh tidak ada hiburan dunia gemerlap. Ada ramai sekali diantara para pejalan yang akhirnya kecewa dengan Aceh. Tapi, anehnya, justru mereka kembali lagi ke Aceh bahkan sampai lebih dari dua kali.

Beberapa diantara mereka menjelaskan, bahwa Aceh tidak kurang sedikitpun hiburan yang membuat mereka betah dan nyaman. Ada banyak warung kopi di Aceh yang membuat suasana begitu hidup sampai larut malam. Ada  wifi hampir di rata sudut kota. Ada budaya dan adatnya, yang akan membuat kamu sumringah tanpa henti.

Dan, tentu saja, ada alamnya yang masih butuh kasih dan sayang dari kamu yang mencari keindahan alam yang masih perawan.

Tidak Bebas Berpakaian Ketat
Yups, di Aceh kamu tidak bisa pakai pakaian ketat. Terutama bagi kaum wanita. Kalian, bila berani memakai pakaian ketat, lalu berkeliaran tengah malam di tengah kota, niscaya kalian pasti akan ditangkap oleh warga! Lalu, diserahkan ke polisi syariat, dan kalian akan di cambuk!

Itu, bila kamu memang mempercayai berita dari portal-portal yang menuhankan trafik sebagai tuhannya. Bukannya membantu memberikan informasi yang berimbang tapi malah menyentuh titik “tidak ada otak”. Sehingga yang terjadi adalah panen trafik.

Lalu bagaimana sebenarnya? Aceh itu negeri syariat Islam. Bagaimana bila nantinya kamu yang non muslim tidak memakai jilbab? Singkat saja, apakah kamu boleh ribut ketika perayaan nyepi sedang berlangsung? Tidak bukan? Kamu harus menghargai umat Hindu di Bali ketika mereka merayakan nyepi-nya bukan? Pun begitu dengan Aceh. Kalian tidak harus pakai pakaian “you can see” tapi kamu bisa berpakai pakaian yang sopan secara norma daerahmu, tentu untuk menghargai umat Islam di Aceh.
Silahkan baca : Siapa bilang ke Aceh harus pakai jilbab?
Sering Terjadi Konflik Senjata
Tidak, lagi-lagi media di ibukota Negara Indonesia ini, sama sekali tidak salah ketika mengabari kalau di Aceh suka terjadi konflik senjata. Ada orang yang di bom, ada yang sedang mengendarai motor di tembak. Ada yang diculik. Ada yang dihilangkan tak berbekas.

Maka dari itu, sangat disarankan agar anda tidak ke Aceh ketika masa konflik antara pemerintah RI dengan Gerakan Aceh merdeka berlangsung. Kapankah waktunya? Aceh di 12 tahun yang lalu. Jadi, bila diantara kamu masih ada yang belum bisa move on dari masa lalunya, wajar saja bila akhirnya memutuskan tidak ingin ke Aceh.

Foto kiriman From Aceh With Love (@yudiranda) pada


Konflik senjata, kini hanyalah bagian cerita saya untuk anak-anak dikala tidurnya. Kisah-kisah seram dari masa lalu ini, cocok sekali untuk menjadi pengantar tidur dua bocah kecil saya. Aceh, kini cenderung aman. Begal hampir bisa dikatakan tidak pernah. Tapi, manusia memang tempatnya khilaf. Saya tak berani mengatakan bahwa Aceh 100 persen.

Sekali waktu, datanglah sendiri. Jalanlah ditengah malam. Atau pergilah ke kawasan Peunayong, Banda Aceh, dan silahkan nilai sendiri.

Akhirnya, setelah semua alasan mengapa kamu tidak ingin di Aceh saya jelaskan dengan sesingkat-singkatnya, masihkah kamu tetap berdiri dengan pendirian kamu bahwa Aceh, memang tidak layak didatangi?