Syahdan, di sudut kota Banda Aceh, di sebuah warung kopi, duduklah dua gadis remaja yang tak henti-hentinya memperhatikan saya. Kalian boleh mengatakan kalau saya baper, tapi, saya mengenal salah satu diantara keduanya.

Ona namanya, gadis ini, seingat saya dia masih mahasiswi tingkat awal, duta wisata Aceh Besar, dan pemudi yang cukup aktif di Banda Aceh. Saling lempar senyum dimulai, dan ketika saya hendak beranjak pulang sambil membayar tagihan kopi sanger arabika Gayo,

“Bang, udah lama? Kok sendirian? Kakak mana?” ia memulai pertanyaan paling template yang akhir-akhir ini sering ditujukan ke saya. hampir setiap saat, bila ngopi, saya sering membawa anak-anak dan istri. Jadi wajar bila akhirnya Ona menanyakan hal tersebut.

“di rumah, lagi masak” jawab saya sekenanya saja. Mana mungkin saya tahu istri saya sedang apa di rumah ibunya. Toh, saya juga sudah keluar sedari pagi, dan menjelang sore baru balik ke rumah. Laki macam apa saya ini, kan?

“Bang, kawan Ona penasaran sama abang. Dari tadi dia tanyain abang itu siapa, kayaknya dia sering lihat katanya” Ona tertawa cekikan ketika menyampaikan maksud dari teman sebangkunya itu.

“Muka abang kan pasaran. Mirip Irwan Djohan ( Wakil Ketua DPR Aceh) lah, atau mau bilang abang mirip gitaris wali, Apoi?” lagi-lagi saya menjawab dengan sekenanya. Soalnya, dua nama yang saya sebutkan itu, selalu dikaitkan dengan muka saya yang mungkin memang penasaran. Pun, bukan sekali dua, ketika ada teman-teman baru dari Jakarta, mereka akan menanyakan apakah saya ada hubungan darah dengan Apoi? Atau bila ada teman baru di Aceh, mereka juga akan menanyakan apakah saya ada hubungan darah dengan bang Irwan Djohan. Ah, dunia…

coba lihat baik-baik, apakah saya mirip gitaris Band Wali???
“Bukan bang, abang yang di vlog Anji Drive kan?” Teman sebangku ona yang saya tak tahu namanya itu akhirnya mengingat di mana ia pernah melihat muka saya yang rada-rada template ini. Dibilang muka Aceh, bukan. Dibilang muka arab, juga bukan. Dibilang mirip muka Thionghua, sudah pastilah nggak mungkin.

Nah, ini adalah hal baru bagi saya. setelah kejadian di sudut warung kopi itu, beberapa kali saya juga mendapatkan pertanyaan yang sama dari para dedek-dedek emesh penggemar Anji Drive. Itu lho, penyanyi tembang Oh Tuhan, Ku Cinta Dia, Ku Sayang Dia and soon and soon..

Di satu sisi, suka tidak suka, saya harus menerima kenyataan baru. Saya memang menjadi artis bintang tahu, eh, tamu di vlog anji Drive yang berjudul GANJA, KOPI & KEBIASAAN DI ACEH. Di sisi lain, saya harus siap-siap bisa menjelaskan kepada sang bidadari biru yang telah saya persunting 6 tahun lalu, bila tiba-tiba ada gadis remaja senyum-senyum kepada saya. Padahal saya tidak tahu dia itu siapa.

Dunia Manji, tempat bang Anji Ngevlog
Terkadang saya akan menjawab dengan enteng, “palingan dia penggemar Vlog Anji Drive, dek”. Kalau saya tidak menjawah demikian, dunia bisa berbalik guys. Saya bisa hammock-an di depan pintu kamar tidur selama satu bulan. Kan kacau dunia persilatan, kan?

Pun, beberapa teman, ada yang sampai iseng mention akun social media saya sambil menyematkan link Vlog tersebut. Ada pula yang meng-Screenshoot video itu. Mulailah gempar Banda Aceh (ini lebay..sumpah!)

Nah, di kesempatan kali ini, saya ingin membuka tabir mengenai Takdir yang membawa saya bisa hadir di Vlog salah satu penyanyi terkenal di Indonesia ini. Kenapa saya bisa nongol di vlog itu, kenapa harus saya yang terpilih? Bukan mereka yang lebih kompeten. Yang mukanya lebih menjual. Yang suaranya nggak se-fals saya. kenapa dan kenapa.. Oh Tuhaaan… ku cinta lidia, eh, ku cinta Yasmina…

jadi menurut loooo?
Saya, hari itu, ada event dari sebuah produk makanan cepat saji. Event organizer local bernama AK Production, yang kebetulan pemiliknya adalah teman saya, menjadi salah satu penyelenggaranya. Saya, diminta oleh AK Production, untuk membantu menyetir mobil artis. Saya yang kebetulan kosong, alias tidak ada kegiatan apa-apa, menyanggupi hal tersebut.

Seharian menjadi supir mobil artis Anji and Crew, membuat saya sedikit mengenal dengan para musisi dibalik Anji. Mulai dari Drumer sampai keyboardist-nya yang ternyata ia adalah Andy Machdar, keyboardist Band Stinky. Tahukan lagunya?

Di ujung acara, kala para artis ini hendak kembali ke bandara, di sebuah hotel di kota Banda Aceh, Anji, yang ingin membuat vlog mengenai Aceh, ia memanggil Qemal yang telah menjadi Tour Leadernya selama acara tersebut. Admin Instagram Kota Banda Aceh ini, diminta untuk berbicara mengenai hal-hal yang cukup sensitive tentang Aceh. Semisal ganja, gadis Aceh, dan syariat Islam di Aceh.

Ia tak berani. Lalu menyarankan agar Anji dan kameramannya memanggil saya. yang menurut Qemal lebih berani berbicara mengenai hal yang dimaksud. Dan, taraaa… jadilah saya ada dalam video tersebut.


Harus diakui, hal yang dibicarakan adalah hal yang paling sensitive di Aceh. Saya pun menyadari, akan terjadi pro dan kontra ketika saya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang cukup tajam dari mas Anji. Dan, saya sudah mencoba menjawab sebaik mungkin. Sejelas mungkin. Seperti apa yang saya ketahui selama ini. Seperti apa yang terjadi selama hidup saya di Aceh.

Mengenai ganja dan Aceh, bila ada yang tidak setuju dengan ungkapan saya, silahkan searching di internet. Mengenai seni di Aceh, saya berbicara sembari melihat fenomena yang berkembang di Aceh. Saya, tak akan memaksa semua pihak setuju dengan saya. karena bisa jadi bacaan dan literature kita berbeda. Tapi haruskah kita meributkan hal tersebut, padahal kita semua menginginkan hal baik untuk Aceh di masa yang akan datang?

Salam, dari hikayatbanda.com…





  • Silahkan baca juga pembahasan saya mengenai Ganja di :

  1. Q & A, Everything About Aceh
  2. Tsunami 2004 Itu Karena Dosa Orang Aceh