“Persahabatan dua negara besar itu di tandai dengan dihadiahkannya Lonceng Teror Dunia ( Cakra Donya)”
Gerbang pasar tradisional Peunayong, Banda Aceh
Membicarakan Aceh dan Banda
Aceh khususnya, sepertinya tidak pernah ada habisnya. Selalu saja ada hal baru
yang bisa di ceritakan. Kota yang berumur lebih dari 800 tahun ini, mempunyai
keunikan tersendiri. Berjuluk sebagai serambi Mekkah, dan menjalankan syariat Islam
sebagai dasar hukum kedua setelah hukum Negara Indonesia. Banda Aceh, sering
mendapatkan kesan negative dari pihak luar. Begitu banyak yang mempertanyakan
eksistensi agama lain di kota Banda Aceh selaku ibukota Provinsi.
Banda Aceh secara
historis sebenarnya merupakan kota yang mungkin paling toleransi sejak jaman
pemerintahan para sultan dahulu. Berdiri dari puing-puing kebesaran kerajaan
hindu/budha, ternyata tidak menisbatkan Banda Aceh sebagai sebuah kerajaan yang
kejam. Hal ini terbukti dari berbagai situs yang masih berdiri. Pun demikian
dengan agama, budaya, serta istiadat yang masih dipertahankan oleh suku atau
komunitas agama selain Islam.
Vihara Di banda Aceh |
Bila sempat bermain ke Banda
Aceh, dari Masjid Raya Baiturrahman, berjalanlah kearah utara, lalu sebrangi
jembatan Pante Pirak, maka kita akan
tiba ke salah satu kota Tua di Banda Aceh. Peunayong
namanya. Kota pecinan tua ini, mirip dengan kota pecinan lainnya yang ada di
daerah atau Negara lain. Mayoritas penduduknya adalah etnis Thionghua. Bahkan,
daerah yang berdiri dari jaman berdirinya kerajaan Islam Darussalam ini, dihuni
oleh suku Khe, Tio Chiu, Kong Hu, Hokkian, dll.
Lonceng Teror Dunia hadiah dari kaisar China |
Sebenarnya, wajar saja
bila orang Aceh, begitu mudah hidup berdampingan dengan etnis Thionghua. Karena,
dari jaman kerajaan dulu, Aceh sudah dianggap sebuah Negara besar. sehingga,
pihak kerajaan dinasti china, ingin menjalin kerjasama dan persaudaraan dengan
kerajaan Aceh Darussalam. Salah satu bukti persahabatan dua negara besar itu
ditandai dengan dihadiahkannya Lonceng Teror Dunia ( Cakra Donya). Lonceng ini masih bisa di lihat di museum Aceh, yang
juga terletak tidak jauh dari Peunayong.
Perayaan Imlek tahun
2566, adalah salah satu bukti nyata. Bahwa masyarakat Banda Aceh begitu
menerima perbedaan yang telah tercipta beratus tahun yang lalu. Saya pun, hari
ini sengaja mengunjungi Peunayong untuk bisa menyaksikan pertunjukan khas dari
etnis Thionghua dalam menyambut tahun baru Imlek. Barongsai!
Bila anda bisa teliti, diatas Bak mobil Pick Up, ada Cewek yang pake jilbab hitam |
Seperti dalam film laga
cina. Si barongsai ini menari dan bermanuver sesukanya. Tapi dari itu semua,
yang menarik perhatian saya adalah, salah satu penabuh timbal dari pertunjukan
barongsai tersebut adalah anak pribumi Aceh! Mukanya manis, kulitnya sawo
matang, dan yang membuat dia begitu mencolok adalah Jilbab! Ya, dia memakai
jilbab dan bergabung dalam pertunjukkan tersebut. Dia juga menjadi salah satu
penentu suara timbal dalam pertunjukkan tersebut.
Ah, betapa
ketakutan-ketakutan pihak luar akan Banda Aceh, sungguh berlebihan. Banda Aceh,
tidak seseram yang dibayangkan. Syariat Islam tidak mengekang para etnis Thionghua
untuk beribadah. Kaum Kristen yang ingin menjalankan misa di gereja, berjalan
tanpa mengenakan jilbab, juga tak mengapa. Banyak bule, yang datang lalu, tetap
ingin datang kembali. Karena, menurut mereka, Banda Aceh itu MENYENANGKAN!
Ayo Ke Peunayong!
Teruntuk sodaraku di Peunayong, Gong Xi Fa Cai 2566
Banda Aceh, February 19, 2015
Dari penggemar film China, Yr
Foto Lonceng, dari wikipedia.id
Comments
kereeen..
ReplyDeleteTerima kasih kak Cut May, salam kenal kak
DeleteKalau penggemar film korea boleh tetep datang dan buktikan yud? ☺ btw tulisan yudi semakin kerennn salutt deh 👍
ReplyDeleteJazakillahu Khairan kak atas pujiannya, masih tahap belajar kok kak. mudah2an bisa lebih baik lagi amin..
Deletehihihi penggemar film korea, yudi bingung kak, mungkin mereka lebih suka taekwondo kali ya? hehe
Keren. Aceh memang sesuatu ya :)
ReplyDeleteSalam kenal, jgn lup folback ya :)
Terima kasih bang Bai, salam kenal kembali, Saya Yudi bang.
Deleteinsya Allah sudah di folback bang :)
Wih,, di Banda Aceh ada Chinatown juga toh! mantap.. pengen euy ke Banda Aceh, semoga ada kesempatan bisa kesana suatu hari..
ReplyDeleteIya, malah, cakupan luas wilayahnya bisa dikatakan 1/4 dari luas "kota" banda aceh itu sendiri bang Agun.
Deleteharuslah bang, ke aceh. Kan udah nyampe ke roma toh :D
org aceh itu toleran bgt
ReplyDeleteAmin.. mudah2an bisa selamanya begitu
DeleteHai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉