"Jembatan ini berbentuk seperti jembatan Gates head Millennium di Inggris sana, tapi disini hanya versi kecilnya. Mungkin, karena bentuknya yang tergolong unik. Beberapa muda-mudi suka mengabadikan foto di jembatan ini. Angle-nya bagus, begitulah kata mereka."
lorong cinta? :D |
Rasa penat, yang sudah mulai menggunung selama seminggu belakangan, memaksa saya untuk mencari suasana yang berbeda. Tapi kali ini, saya memutuskan untuk tidak mengunjungi pantai. Saya merindukan suasana yang hijau, tenang, dimana suara riuh rendah burung mengisi langit yang tenang. Saya mencoba mencari informasi, apakah ada tempat demikian di kota kelahiran saya ini?
Dari informasi yang saya temukan, saya dapatkan dua pilihan. Pilihan pertama, Taman Sari Kota Banda Aceh yang terletak tepat ditengah kota. Hanya selemparan batu dari Museum Tsunami, dan hanya 200 meter dari selatan Masjid Raya Baiturrahman. Memang, taman ini menawarkan suanasa taman yang cukup nyaman bila ingin bermain bersama keluarga. Taman yang berusia lebih dari 300 tahun ini kini sudah begitu ramai di kunjungi oleh masyarakat yang berdomilisi di seputaran kota Banda Aceh.
Pilihan kedua, Taman Kota BNI Banda Aceh. Saya penasaran. Seumur-umur tinggal di Banda Aceh, saya tidak pernah mendengar perihal taman ini. Taman apa ini, kapan dibangunnya, dimana posisinya, dan apa saja isinya. Ya, saya sangat penasaran. Bagaimana tidak, dalam informasi tersebut disebutkan kalau taman itu cukup luas dan terletak cukup dekat dengan pusat kota Banda Aceh. saya pun akhirnya menjatuhkan pilihan untuk mencari dan mengunjungi tempat tersebut.
Menurut informasi yang saya dapatkan, taman kota BNI Banda Aceh ini terletak di desa Tibang, Banda Aceh. Saya semakin heran, bukannya desa Tibang itu begitu panas, gersang, di pinggir laut, dimana-mana hanya ada tambak-tambak yang sebagian besar sudah terbengkalai. Tibang, itu kan sebuah desa yang… Ah, sudahlah, saya sudah tidak terlalu bersemangat bila harus kembali mengingat kejadian yang luar biasa 10 tahun yang lalu.
Jembatan Pada Pintu Masuk |
Ba`da ashar, matahari sore di langit Banda Aceh masih perkasa bersinar. Sedikit panas, walaupun tidak sepanas mentari siang kota Banda Aceh. saya mengajak anak-anak dan istri untuk bergegas. Sejurus kemudian, motor tua saya sudah berada di jalan T. Nyak Arief. Posisi taman tersebut pun tak jauh lagi, tepatnya di bawah jembatan Krueng Cut, bersebelahan dengan Universitas Ubudiyah Indonesia Banda Aceh. (panjangnya nih nama kampus).
Setika, saya melihat pintu gerbang, didalam pintu gerbang tersebut, banyak sepeda motor yang diparkir rapi, mobil pun ada beberapa. Nah, ini pasti tamannya, saya membathin. Semoga…
Setelah membayar tiket masuk, mungkin lebih tepatnya tiket kenderaan bermotor, 2000 rupiah untuk sepeda motor, 5000 rupiah untuk mobil. Saya di suguhi oleh sebuah jembatan dan plang yang tertera, Taman Kota BNI Banda Aceh diatasnya. Jembatan yang berbentuk seperti jembatan Gates head Millennium di Inggris sana, tapi disini hanya versi kecilnya. Mungkin, karena bentuknya yang tergolong unik, beberapa muda-mudi suka mengabadikan foto di jembatan ini. Angle-nya bagus, begitulah kata mereka.
Mata Angin Penunjuk Arah |
Taman Walikota Nusantara
Dalam taman kota ada taman, inilah yang menarik! Sebuah taman yang berisi pohon-pohon khas dari seluruh nusantara. Mulai dari walikota kota Sabang, sampai walikota kota Jayapura, Papua. Total secara keseluruhan 99 Walikota dari kota di Indonesia menanam bibit pohon khas kotanya masing-masing. Cukup variatif dan cukup bermanfaat bagi generasi muda, yang ingin mengetahui pohon-pohon asli Indonesia. Bahkan, kabarnya, Walikota dari salah satu kota di Belanda, juga ikut menanam bibit pohon di taman Walikota Nusantara ini. Sayangnya, saya tidak menemukan dimana bibit pohon yang ditanam oleh orang Belanda tersebut. Atau, mungkin tepatnya saya yang masih kurang teliti.
Canopy Brige
Jembatan Tajuk, By Tuloblang.Blogspot.com |
Dari ketinggian jembatan Tajuk juga, saya bisa melihat sekeliling taman, layaknya sebuah hutan, dimana-mana hijau. Semuanya Hijau yang menenangkan. Adem..
Track Hutan Mangrove Mini
Jembatan Kayu di hutan bakau |
Dengan panjang track (menurut saya) sekitar 200 meter, dibangun di atas tambak yang di setiap sisi jembatan ditumbuhi tanaman bakau. Matahari sore semakin hangat, sepertinya matahari ingin beristirahat di peraduannya. Sesekali, cahaya matahari sore menjelang senja menari dari setiap sisi sisi batang bakau, menembus ke dasar rawa yang berair. Sesekali terlihat ikan-ikan yang menjadi endemik rawa, sesekali terlihat kepiting menyembunyikan dirinya dengan berlari ke lubangnya.
Beberapa muda-mudi, sedang berasyik masyuk berkelompok. Sesekali mereka berfoto selfie dari dahan-dahan pohon bakau. Sesekali ada yang mencoba mengenakan kakinya dengan air rawa yang berwarna kuning pekat. Track Hutan Mangrove mini ini, begitu mempesona. Seperti sebuah film documenter, dimana disetiap ending cerita, selalu disajikan dengan sebuah kesenangan dan keindahan yang membuat saya berdecak kagum.
Makam Kuno
Dari track hutan mangrove, saya seperti dituntun ke arah jalan pulang, beberapa meter sebelum jalan pulang, ada sebuah gundukan tanah, dengan sebuah plang yang bertuliskan “Makam Bersejarah”. Rasa penasaran membawa langkah kaki saya untuk menghampirinya. Ternyata, ada banyak batu nisan diatas gundukan tersebut. Terdorong untuk terus mendekat, akhirnya saya melihat pahatan ukiran-ukiran pada nisan yang paling besar. Seperti ukiran-ukiran pada nisan yang ada di makam Kandang XII.
Nisan yang besar dengan tinggi hampir satu meter ini sepertinya selamat dari terjangan tsunami. Begitupun dengan nisan-nisan lainnya yang berjejer bersejajar dengan nisan yang paling utama tersebut. Sebenarnya, dalam kawasan kota ini, ada tiga titik makam kuno. Hanya saja, sampai saat ini, belum diketahui makam siapa yang ada dalam kawasan tersebut.
Nisan yang besar dengan tinggi hampir satu meter ini sepertinya selamat dari terjangan tsunami. Begitupun dengan nisan-nisan lainnya yang berjejer bersejajar dengan nisan yang paling utama tersebut. Sebenarnya, dalam kawasan kota ini, ada tiga titik makam kuno. Hanya saja, sampai saat ini, belum diketahui makam siapa yang ada dalam kawasan tersebut.
Menurut beberapa informasi sejarah yang saya dapatkan, Desa Tibang yang berdekatan dengan Alue Naga ini, memang dulunya bekas daerah Kerajaan, pada masa Raja Meurah Johan, kerajaan lamuri dipindahkan ke daerah yang berdekatan desa Alue Naga. Mungkinkah, makam kuno ini menjadi salah satu bukti sejarah akan keberadaan kerajaan tersebut. Ah, bukan Banda Aceh namanya kalau bukan banyak Makam Raja.
Langit sore Banda Aceh, mulai memerah, sepertinya senja sudah mulai datang. Tak lama lagi adzan magrib menjelang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 18.15 Wib. Artinya, tersisa lima belas menit lagi sebelum Taman Kota BNI Banda Aceh ini tutup. Jembatan pada pintu masuk tadi sudah terlihat kembali, artinya, perjalanan saya bersama keluarga berkeliling kawasan ini sudah usai. Akan tetapi, langkah kaki masih enggan melangkah. Rasa teduh dan sejuknya udara, membuat langkah kaki semakin gontai. Tapi, saya harus pulang. Untuk melanjutkan kegiatan esok hari.
Hihihi sorry, tapi ini yang paling menarik |
Banda Aceh, 25022014
Yr
Comments
ada juga tuh tanaman yang menghiasi pergola, namanya juga menarik 'air mata pengantin (antigonon leptapus)'... hehe
ReplyDeleteeh? ada ya? saya kayaknya kurang perhatian, udah kesemsem ama janda merana sih hihihi
Deletekeren n saya baru tw ada seperti ini di banda aceh... duh nyesel
ReplyDeletehahaha saya aja baru tahu kok mas.. hihihi
Deleteya bang, soalnya di gugling sama di brosur wisata banda aceh yg saya pk waktu main ke banda gak mencantumkan taman ini... saya cuma ke blang padang sama taman mini aceh yg banyak rumah adatnya itu ajah
ReplyDeletetahun berapa mas ke banda acehnya dulu? klo saya tidak salah, 2011 dia baru buka bang
DeleteOke sangat !! sekali-kali bisa nih ajak si doi jalan2 kesini :D . biar ga di tempat gelap mulu. wkwkwkwk :v
ReplyDeletehalah hai aneuk muda.. itu taman klo malam tutup bos :D
DeleteHahahahahaa :v . Itulah maksudku bang,, biar ga di tempat gelap terus, sekali ke tempat asri kayak taman walikota ini :D
ReplyDeletehahahaha klo gitu mendingan kumpulin duit unntuk nikah aja :))
ReplyDeleteHai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉