Saya mereka-reka, betapa di kuala ini begitu ramai ketika ibukota kerajaan masih terletak di ujung Kuala Krueng Aceh ini. Awan-awan yang menggulung di atas laut. Camar-camar yang menganggu para penjala ikan. Tawa bocah kecil yang berlarian atas pasir pantai yang hitam. Teriakan bahagia para pemancing ikan. Sepertinya, mendung tidak membuat kisah perjalanan saya kali ini, berakhir begitu saja.
Monumen Nol Kota Banda Aceh |
Titik Nol Kota Banda Aceh, beberapa tahun
ini sempat booming di media social. Khususnya
anak-anak Banda Aceh. saya yang sedikit udik ini akhirnya menyempatkan diri
mengunjunginya. Takut dikatakan kurang update berita dan perkembangan kota. Walah…
ngupdate perkembangan anak saja subhanallah sibuknya, ini diminta ngupdate kota
lagi? Ck..
Di ujung sana, ada masjid raya Baiturrahman |
Letaknya ada di ujung kuala Sungai Aceh.
untuk perihal tepatnya, ada di sebelah kampung jawa, ujung tempat pembuangan
akhir sampah. Beberapa orang menyebutnya ini sudah masuk kampung Pande,
beberapa menyebutnya ini masuk kampung jawa. Saya? Bingung! Yang benar yang
mana? (tolong bantuin dong)
Yang jelas, nanti setelah habis aspal
jalan, lihatlah ke sebelah kiri. Ada sebuah bongkahan semen besar. sebesar batu
gajah. Di design menarik. Lantainya lingkaran sempurna. Dengan beberapa kursi
dari beton. Beberapa cemara laut di tanam di sekililing pusara batu tersebut.
Sayangnya, bangunan ini juga terkena
dampak penyakit laten. Tidak terurus! Sampah
yang berserakan, ada dimana-mana. Belum lagi, aliran air yang berada disampingnya
malah terkesan sumbat oleh ranting dan sampah plastic. Ilalang tumbuh subur di
sekilingnya. Terkadang, tercium bau tak sedap ketika angin berhembus.
Sungguh miris pemandanganya. Papan
informasi mengenai tugu itu pun terkesan sakit. Tulisannya memudar, kacanya
berjamur. Ah, mengerikan.
Situs ini, seharusnya menjadi sebuah
situs yang paling menarik. Ini adalah situs dimana sebuah kota yang penuh
sejarah dan budaya berdiri. Ini adalah titik cikal bakal terbentuknya kota Banda
Aceh. tapi.. ah sudahlah. Tidak usah di perpanjang lagi.
Saya, istri, dan si gadis kecil hanya
bisa menatap dengan nanar dari atas motor butut saya. Di ujung sana, debur
ombak dan riuh suara tawa bocah bocah menarik perhatian saya. Sejurus kemudian,
saya dapat melihat pulau sabang di kejauhan. Pulau nasi dan pulau breuh dengan
jelas.
ada camar, ada bocah, ada pukat, ada laut, Perfeck :D |
Saya mereka-reka, betapa di kuala ini
begitu ramai ketika ibukota kerajaan masih terletak di ujung Kuala Krueng Aceh ini.
Awan-awan yang menggulung di atas laut. Camar-camar yang menganggu para penjala
ikan. Tawa bocah kecil yang berlarian atas pasir pantai yang hitam. Teriakan bahagia
para pemancing ikan. Sepertinya, mendung tidak membuat kisah perjalanan saya
kali ini, berakhir begitu saja.
Jauh dari kepenatan kota. Tidak ramai
muda mudi yang bermesraan, debur ombak yang lembut, laut ini, sepertinya
menarik. Ditambah lagi, pemerintah kota Banda Aceh sedang membangun jalan
tembus ke ulee lheue. Dari kampung jawa, jalan ini memotong laut, sampai ke
ujung pelabuhan ulee lheue.
Jalan lintas Kampung Jawa-Pelabuhan Ulee Lheu |
Mungkin, beberapa tahun lagi, kawasan
ini akan berubah menjadi seperti Ulee lheue. Ramai. Dan, akhirnya suasana teduh
dan syahdu ini, ah.. biarlah waktu yang menjawabnya..
Banda Aceh, 7/4/15
YR
Comments
Berbanding terbalik sama Medan yang panaaaas kali.. :(
ReplyDeleteOh ya? tapi itu cuma mendung doang kok Beb, nggak jadi ujannya :D
DeleteKasihan sekali ya situs sejarah di ibu kota kotor begitu. :D
ReplyDeletehmm mentang2 orang Mila :p
Deletebek sok meunan lah :D
Mesti ada orang meukat cendol disana biar ramai plus toko es cream :D
ReplyDeletehahaha kita jualan jagung bakar aja yok di samping tanggul ombak? :D
DeleteBiar mendung tapi foto langitnya bagus Yudi.. Ahhh saya malah yg cocok dibilang kurang update.. Tempat inipun tak tahu untung ada kamu Yudi yang memberitahu :D Pulanggggg... pingin pulanggg!!
ReplyDeletehayoo kak pulang.. eh.. jangan ding, ntar klo yudi ke sana gimana dong? :D
DeleteWaduhh sayang banget nggak terurus begitu... Lanjutkan. Jangan lelah ngupdate perkembangan anak dan update cerita tentang Banda Aceh ya hehehe
ReplyDeleteiya mas, nyeri juga ngeliatnya, tapi semua itu terbayar dengan pemandangan yang lain mas :D
Deletehehehe insya Allah semua perkembangan itu akan saya ikutin mas.
Ironis sekali ya kalo obyek wisata sepenting itu tidak terurus..semoga ada solusi terbaik dari pemda..thanks for sharing mas :)
ReplyDeleteIya mas.. Padahal itu adalah salah satu monumen bersejarah bagi kota kcl ini. Tapi.. Ya begitulah
DeleteHai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉