Burung Cerek Pasir Mongolia ( by Syafrizaldi) |
“Burung Saja, tak lupa pulang.
Ingat sangkar..., anak... istri”
Lagu
era dimana saya belum lahir ini terus mengiang. Tarikan suara tinggi tante Nia daniaty
terus merasuk ke telinga capang saya. Betapa
sedihnya tante Nia. Suaminya kalah setia dengan burung.
Lupakan
sejenak tante Nia, minggu lalu, cuaca cerah menggawangi langit Banda Aceh. Pagi
masih, memaksa saya dan keluarga untuk (lagi-lagi) melangkahkan kaki ke ujung barat Banda Aceh. Hari itu, bukan untuk menikmati sunrise yang keluar
dari balik gunung seulawah di ujung timur sana. Bukan pula untuk menikmati
indahnya Panorama terumbu karang Pulau Tuan. Melainkan untuk melihat si burung-burung cantik yang hinggap di tanah
lembuh berpasir hitam basa. Ya, saya mengajak keluarga untuk menikmati event
alam yang hanya terjadi setahun sekali.
Pada
pekan kedua di bulan Mei disetiap tahunnya, di rayakan sebagai hari migrasi
burung dunia. Untuk Aceh sendiri, bulan April sampai Agustus merupakan
bulan-bulan persinggahan burung-burung dari seluruh belahan dunia yang mencari
anak dan istrinya di Aceh sini. Burung-burung yang jomblo pun juga tak ingin kalah bersaing. Siapa tahu, di tanah Aceh
mereka bisa menemukan burung bermata biru keturunan Portugis dulu. #eh..
Acara
yang tergolong baru ini, mengetuk rasa penasaran saya. Ternyata, Banda Aceh dan
Aceh besar termasuk salah satu wilayah yang sangat beruntung. Bagaimana tidak? Berbagai
burung dari belahan seluruh dunia yang bermigrasi, menjadikan Aceh sebagai
salah satu tempat persinggahannya. Ini rasanya seperti Luna Maya datang ke Aceh
lalu duduk manis disamping sayah! #eh..
Mereka berkumpul sembari belajar by : kak Era |
Menariknya,
di ujung pancu ini, saya bukan hanya bisa mengajarkan anak-anak mengenai jenis
burung dan migrasi burung. Saya juga dapat mengajarkan anak bermain dengan
pohon-pohon bakau yang baru saja tumbuh. Jikalau beruntung, beberapa kepiting
payau akan muncul.
mentari pagi yang mulai sok kuasa |
Matahari
mulai meninggi. Sesekali, suara elang memikik angkasa. Sesekali, kicauan beberapa burung menghasilkan
perpaduan yang merdu. Mungkin, mereka telah menemukan pasangannya di
bukit-bukit desa Lambadeuk ini.
Topografi
desa yang berbukit-bukit hijau, di tambah nyanyian lembut angin laut dengan
pemandangan Pulau Tuan, dan Pulau Aceh menghasilkan sebuah pemandangan yang tak
menjemukan. Sesekali, di bulan perpaduan angin barat dan angin timur, kita bisa
bermain kite surfing. Di bulan Mei, seperti sekarang ini, mainlah ke tepian
pantai, di sela-sela rinbum bakau, maka akan terlihat beberapa bangau.
Saya
menikmati semuanya bersama keluarga dan beberapa peserta yang mengikuti
peringatan Hari Burung Migran Sedunia. Disini, di Banda Aceh. tidak perlu lagi
ke luar negeri. Karena mereka ternyata juga cinta dengan Banda Aceh.
Bangau oh bangau,
Kenapa engkau kurus sangat.
Macam mana aku tak kurus,
Rumput tinggi sangat
Anak
saya yang tertua melantunkan lirik lagu sederhana yang biasa muncul di
Upin-Ipin. Sesaat itu juga saya tersadar, betapa sebenarnya, burung-burung ini
membutuhkan manusia untuk menjaga alam. Agar mereka tetap bisa merayakan hari
terbang bebas sedunia mereka. Menganggu alam, berarti menganggu mereka dalam
mencari jodoh. Mungkinkah beberapa temanku yang jomblo juga sudah terganggu
alamnya? Ah, kasian…
Spot
Pengamatan Burung Di Banda Aceh dan Aceh Besar *
Spot 1 : Tibang – Alue
Naga
Jenis
Burung : King fisher, kuntul putih, Cangak Klabu, Red King Fisher
Jenis
burung migrasi : Keudidi dan elang laut putih
Jarak
tempuh : 15 menit
Spot 2 : Krueng Raya – Ie Suum – Blang Bintang
Jenis burung : Siwah
Jarak tempuh : 45 menit
Spot 3 : Lhoknga – Pulo Kapok
Jenis
burung : Bee Cater di Lange
Atraksi
burung : aktifitas makan di udara dengan memberikan makan untuk
Burung Migrasi : Blue eared dan yellow eared
di kawasan pantai Lampuuk
Jarak tempuh : 13 KM selama 1,5 jam
Spot 4 : Alue Naga ke Lampulo
Aktivitas : menyusuri pantai dengan
menghabiskan waktu setengah hari
Jenis burung : Ceret
Spot 5 : Ujung Pancu ke Desa Lam Badeuk
Spot 6 : Pulo Keluang di Aceh Jaya
Jarak tempuh : 63 km selama 1,5 jam
Jenis burung : Peagon, jenis merpati endemik
*Nb ( Sumber http://acehtourism.info/id/bulan-migrasi-burung-di-pantai/)
Comments
Kalo burung yg satu lagi, demen nya ke selingkuhan hahaha #piss
ReplyDeletekan beda sangkar beda rasa Om? #eh...
DeleteMungkin Tante Nia harus carik bulung balu, Bang.. Huahaahah :D
ReplyDeletegubraks!! ntar kita malah jadi Gossip pro loh beb :))
DeleteUjung Pancu itu salah satu tempat favorit saya untuk berburu foto sore hari selesai jam kantor. Beberapa kali sepedaan juga sampai sini.
ReplyDeletewooow.. habis kayaknya keliling banda aceh ya mas :)
Deletesenang mendengarnya
Hai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉