Kopinya pake ganja? Kok bisa sampai mabok?
Sepulang dari
dataran tinggi gayo, saya kembali menjadi kemaruk sama kopi. Sebenarnya, sedari
kecil saya sudah mencintai kopi khas Aceh. Akan tetapi, karena sakit maag yang
cukup akut akhirnya, kebiasaan ngopi ini terpaksa saya hentikan. Sampai
akhirnya, Gayo mengajari saya mengenai bagaimana ngopi yang sehat dan tidak
membuat sakit maag saya kumat.
Saya beruntung,
seminggu lalu bisa menikmati kopi gayo Grade I kualitas ekspor langsung di
pabriknya. Tentunya, rasanya yang asli dan khas ini menjadi sebuah pengalaman
yang tak bisa di lupakan. Inilah yang
menjadi dilemma. Sesampai saya kembali kepangkuan istrinda tercinta, saya
menjadi addict kopi lagi. Saya ceritakan kepada istri, kalau saya bisa minum
kopi lagi tanpa harus ribut menahan perihnya sakit lambung.
Kedai Kopi Polem di jalan T Iskandar, Lambhuk (foto by : Fahriza) |
Di putuskanlah,
kalau saya boleh menikmati kembali kopi. Dengan catatan, kopinya harus asli
Gayo, harus arabika, dan harus espresso tanpa gula. Cukup gula merah saja yang
di emut-emut manja sebagai penawar rasa pahit kopi.
Pada prinsipnya,
di kota Banda Aceh, tradisi minum kopi bukanlah hal aneh. Toh kota ini terkenal
dengan kota seribu warung kopi kok! Tapi, kebanyakan kopi yang di jual di kota
Banda Aceh berjenis kopi robusta. Baru beberapa tahun belakangan ini kopi
Arabika mulai dinikmati di kota yang berpenduduk tak seberapa ini. Awalnya,
kopi arabika masih terdengar asing bagi kalangan Kopiers (maksa) di Banda Aceh.
tapi, seiring dengan banyaknya edukasi, akhirnya kopi arabika gayo pun mulai
merambah dengan mulus warung-warung kopi di Banda Aceh.
Jangan heran, di aceh ini biasa, jam ngantor tapi mampir ke warung kopi (by Fahriza) |
Seminggu sudah saya hunting kopi espresso di kota
Banda Aceh, dan sempat sakit perut ketika minum kopi espresso di kota Juang
Bireuen, akhirnya, sebuah invitation
datang melalui akun facebook saya. Seorang sahabat lama akhirnya mewujudkan mimpinya untuk membuka sebuah
warung kopi khas Arabika gayo. Dan, dia mengundang saya sekaligus menantang
saya. Apakah kopi ini berhasil menyelamatkan saya dari sakit maag atau tidak.
Hari yang di
nanti tiba. Rabu, 26 agustus 2015, kedai kopi polem ini akhirnya launching untuk pertama kalinya.
Undangan cukup rame, sepertinya mereka datang karena kopi gratis hehe. Saya
seperti biasa, datang sedikit siang. Keadaan yang cukup rame memaksa saya untuk
duduk di sudut. Walaupun akhirnya, posisi ini cukup menguntungkan. Karena saya
bisa mabok tanpa diketahui oleh orang banyak. Haghaghag…
Bang, mau kopi apa? Espresso atau kopi seduh ala orang
eropa? Fahriza menyapa saya. Telinga yang sedikit
sensitive dengan eropa dan kopi ini naik secara tak sengaja. Seduh ala eropa?
Kopi macam apa itu. Rasanya gimana? Bedanya apa? Ah dari pada saya terus
penasaran. Akhirnya saya memesan kopi seduh ala eropa ini. Mumpung gratis kan?!
Bubuk kopi yang
telah di giling sedikit kasar, air panas yang baru saja mendidih, lalu, gelas
kopi, dan sebuah alat yang belakangan saya baru tahu bernama “French Press” ini
tertata di meja saja. Saya sempat kaget ketika Fahriza menuangkan segelas bubuk
kopi arabika gayo ke French Press** dengan sebelumnya menaruh saringan halus di
atasnya. Sedikit demi sedikit dia menuangkan kopi. Gayanya mirip barista
ala-ala gitu.
Step 1, Panasi dulu penyaringnya |
Step 2 : bubuk di tuangkan lalu di siram perlahan dengan air panas |
Step 3 :Seduhan kopi mulai tercium aromanya |
Step 4 : nah ini dia kopinya selesai. |
Tak lama
berselang, sajian kopi yang harum keluar dari wadahnya. Membuat hidung patah
saya ini gatal. Iler mulai menetes. Sepertinya enak. Bismillah, saya menyeruput
perlahan. WoW! Rasanya lebih keras dari kopi espresso. Lebih nendang dari kopi
yang di seduh biasa di warung-warung kopi.
Teguk demi teguk. Penganan kue khas Aceh pun ikut menemani. Bersanding
mesra menemani kopi yang hitam dan panas ini.
Rasanya?
Karakter kopi gayo yang beda dengan kopi daerah lainnya terasa dengan pas
disini. Ada sedikit gurih, sedikit manis, dan pahit yang lembut dalam setiap
serupan kopi. Saya terperanjat. Sembari terus menikmati sambil merasa-rasa
lambung. Kumat tidak sakit maag saya.
Aroma buah
seperti yang saya dapatkan ketika ke pabrik kopi, memang tidak saya temukan
disini. Akan tetapi, kekuatan rasa kopi arabika gayo terbilang mirip. Hanya
saja, di kedai kopi polem rasanya sedikit pahit. Saya merasa lega, ketika satu jam kemudian
lambung saya masih aman dan tidak ngulah. Tanpa terasa, (lagi-lagi mumpung
gratisan) saya memesan lagi kopi seduh ala Eropa ini.
“gimana bang?
Aman lambungnya?” Tanya fahriza kepada saya.
“aman Alhamdulillah,
rasanya juga pas! Mungkin mulai besok basecamp akan saya pindahin kesini hehe”
jawab saya sekenanya.
Tak terasa,
waktu telah berlalu lebih dari 3 jam. Kopi sudah dingin, gula merah dadu juga
sudah mulai habis. Laptop juga mulai habis baterai. Ini saatnya beranjak
pulang. Tugas Ayah Panggilan menanti di rumah.
Stop, waktu menjadi berhenti ketika ngopi ala-ala.. terlihat alat French Press tersaji di atas meja secara lengkap (By fahriza) |
Bruks!!..
Saya terduduk
lagi ketika mencoba berdiri dari tempat duduk. Kepala sedikit berat. Mata
terjaga sempurna. Sepertinya saya Mabuk Kopi! Alamaak… saya baru sadar kalau saya sudah minum kopi
kebanyakan. Kemaruk! Gara-gara gratis saya sampai lupa, klo kopi yang di
sajikan tadi adalah seduhan kopi murni tanpa blending macam-macam. Kopinya
lebih kental dan “keras” dari kopi seduh biasanya.
Duh, terpaksa
saya harus mengurungkan niat untuk pulang. Duduk lagi, buka laptop lagi, lalu
pesan kopi espresso satu lagi! #Eh? Tenang, saya hanya duduk santai dan minum
air mineral saja kok. Mencoba tidak panic. Karena ini hanya efek sementara dan
hanya terjadi pada orang-orang yang kemaruk macam saya ini. Jadi, bukan karena
ada campuran ganjanya. Itu hanya HOAX. Karena Kopi Ganja sudah sulit di temukan
di Banda Aceh. Percayalah, sebelum akhirnya anda masuk jeruji besi. Tak usah
merasakannya..
Intinya? Sensasi
kopi yang saya rindukan dari tanah gayo akhirnya terbayarkan dengan baik oleh
Kedai Kopi Polem Banda Aceh. Sst..
mumpung gratis, ntar sore balik lagi aah..
ehem, ini aslinya, saya di kawal untuk nulis hahaha Peace bang |
Jln. T Iskandar Lambhuk Banda Aceh
(disamping Grand Lambhuk Hotel)
Email : kedaipolem@gmail.com
Telp : 085260292255
(disamping Grand Lambhuk Hotel)
Email : kedaipolem@gmail.com
Telp : 085260292255
**French Press merupakan alat seduh kopi yang populer di era modern ini. Banyak penikmat kopi yang suka dengan alat satu ini. Keunggulannya adalah minyak kopi lebih keluar sehingga kopi lebih kental dan licin. French Press praktis, tapi menghasilkan kopi yang enak dengan karakter rasa yang kuat dan tanpa ampas tentunya. Kami ada tip untuk Kamu yang suka seduh kopi dengan French Press. by :google.com
Comments
Pengunjungnya banyakan cowok ya
ReplyDeleteada ceweknya juga kok kak, tapi pas menjelang sore. lagian ini juga baru buka kok kak :)
DeleteAlamaaakk... wanginya kecium sampe sini bang :(
ReplyDeleteyudi kirimin ke medan kak? :D
DeleteCieee, yang udah dapat berkah ngeblog. :D
ReplyDeleteeh ada master.. alhamdulillah master.. baru cilet cilet :D
DeleteMantap2, segini usia belum pernah cicipi kopi arabika gayo :D
ReplyDeletena pakat ta jak keuno mus?
DeleteSy juga minum seteguk langsung teler
ReplyDeleteloh?? serius?? dikit ama mbak? :D
Deleteduh penasaran sama rasa kopinya
ReplyDeleteklo di jakarta juga ada mbak Sarah, di bilangan jalan Setia budi klo nggak salah
DeleteKe Aceh, baru nyicip kopi di kedai kopi Jasa Ayah aja (kopi Solong). Btw, kalau bisa nyobain kopi gayo grade I gitu, berarti bisa jadi kopi yang dijual di kedai2 kopi di Aceh itu kebanyakan bukan grade I ya bang? Mohon info :)
ReplyDeletenah klo itu kopinya jenis robusta bang Adie, klo mau nyobain yang grade 1 itu nggak ada di aceh bang karena semuanya rata2 di ekspor.
Deleteuntuk bisa menghasilkan grade 1 ada standar2 yang harus di penuhi. dan ada sertifikasiny.
bisa jadi, kopi yang beredar di aceh ada yang grade 1 hanya saja karena tidak melalui proses yang benar jadi kita tidak tahu dengan pasti bang
lucu ending tulisan ha...3x,kayanya bisa coba neh kopi, soalnya diriku maag akut juga
ReplyDeleteya kan betol kak, mumpung gratis hehe
Deleteboleh kak di coba aja, mudah2an nggak kumat maagnya kak
Nanti kapan2 tulis tentang bedanya kopi robusta dan arabica ya Yudi.. Biar kami yang penikmat kopi segala tanpa mengerti perbedaannya bisa lebih paham :D
ReplyDeleteSemoga kedai kopi polem laris...manis..
oh baik kak! siap laksanakan. idenya menarik tuh kak :D
DeleteWah Aceh, salah satu kota yg wajib dikunjungi :D
ReplyDeleteSiiippp di tunggu ya mbak Linda
DeleteHai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉