Lupakan sejenak krisis, mari nikmati indahnya Aceh Besar! (foto taken by Bang Arie yamani) |
Lamteuba, sebuah
distrik di kawasan Aceh Besar yang perlahan seperti terlupakan. Pembangunan
infrastruktur pun terkesan lambat. Letaknya yang berada tepat ditengah lembah
kaki gunung Seulawah menjadikan daerah Lamteuba salah satu daerah paling
“basis” ketika masa konflik Aceh 10 tahun lalu.
Berbicara
Lamteuba, sering diidentikkan dengan penemuan ladang ganja terbesar di
Indonesia. Bagaimana tidak, kawasan lamteuba yang sedikit terpencil ini,
ternyata pernah ditemukan ladang ganja seluas 155 hektar pada tahun 2011 lalu.
Lantas pada tahun 2012 ladang ganja di pemukiman ini kembali ditemukan. Kali
ini, hanya seluas 9 Ha! bayangkanlah betapa indahnya bila setiap hari kalian bisa melayang dengan ganja sebanyak itu! #bisikanIblis
Persawahan ini dimana? nantikan cerita selanjutnya (foto taken by Bang Arie yamani) |
Penggambaran
Distrik Lamteuba akhirnya sempurna, ketika kita melakukan pencarian via Google,
maka akan didapat semua perihal tentang penangkapan ganja ataupun lahan ganja.
Bisa dibilang, lamteuba itu identik sebagai daerah penghasil Ganja. Maka tak
heran, bila sering timbul anekdot dalam remaja Aceh, “kah lagee aneuk lamteuba! (kau seperti anak lamteuba saja!)”.
Begitulah penggambaran Lamteuba sepintas yang saya ketahui.
Beberapa waktu
lalu, untuk pertama kalinya, saya, istri, dan anak berkesempatan menjelajah
pemukiman yang terisolir ditengah lembah seulawah ini. Sempat ragu ketika
hendak melangkahkan kaki kesana. Kabar miring selalu menerpa kawasan ini,
menjadikan bulu roma saya sedikit bergidik.
Awas di Lamteuba
banyak intel berkeliaran!
Awas di Lamteuba
orang-orangnya masih suka main parang!
Awas di Lamteuba
nanti dibius sama ganja!
Awas.. awas..
awas.. dan awas!
*****
Jarak tempuh
yang lumayan jauh, berliku dan berbatu. Mengarungi lembah dan hutan belantara.
#ninjaHattori. Membuat beberapa bagian body motor butut saya terlepas satu
persatu. Saya tak menyangka, kalau jalannya akan separah ini. Beberapa jembatan
juga ada yang hampir ambruk. Tapi, tekad sudah bulat. Malu jadi anak Aceh
besar, tapi ke Lamteuba tak pernah berkunjung.
Tiga jam kemudian,
kami serombongan telah tiba dipasar Lamteuba. Dan kalian tahu? Semua anggapan
diatas tadi semuanya salah! Lamteuba tidaklah seseram yang dibayangkan.
Perbukitan yang rimbun, bentangan sawah nan hijau, gadis yang murah senyum
sembari tersipu malu melihat ada orang tampan mengunjungi desanya.
#dibacokAmaIstri
Percayalah, ini jalan nggak bisa lurus |
andaikata tidak ada asap,,, |
Pasar rakyat,
menjadi sentral kegiatan masyarakat Lamteuba. Seorang warga Negara Amerika yang
ikut bersama rombongan kami, menjadi pusat perhatian mereka. Bukan, bukan
karena si bule ini tidak pakai
jilbab, melainkan karena sang Bule cantik ini mau bersosialisasi bersama
masyarakat setempat. Sayangnya, saya yang sudah kelaparan tak sempat mengambil
kamera untuk mengabadikan moment tersebut.
Selesai makan
siang, perjalanan kembali dilanjutkan. Kembali menyisir sebelah timur Lamteuba.
Arah perjalanan menuju Mukim Krueng Raya. Jalanan yang yang tadinya masih
beraspal berubah menjadi jalanan berbatu dan berlubang. Tapi, itu semua tak
menjadi halangan kami untuk menuntaskan hasrat akan keindahan Lamteuba.
Mukim Lamteuba
ternyata bukan hanya ada ladang ganja terluas di Indonesia, akan tetapi,
Lamteuba benar-benar menawarkan keeksotisan yang luar biasa. Mulai dari Masjid
Kuno yang terletak tepat di pusat Pemukiman Lamteuba, Sungai desa yang mengalir
sendu, sejuk dan bersih, sampai hamparan sawah lengkap dengan padi yang mulai
menguning.
Masjid Mukim Lamteuba, tepat dibelakang bangunan masjid ini ada masjid kuno yang masih berdiri gagah (foto by : Panoramio.com) |
Lalu, dimanakah
semua warning yang tadi dihembuskan oleh beberapa pihak mengenai Lamteuba? Jujur,
saya tidak menemukan semua itu. Masyarakatnya sangat ramah kepada para
pendatang. Tidak ada yang sedikit salah langsung marah-marah dan main parang. Tidak
ada itu!#gayaJkw. Tidak ada juga saya temukan intel yang berkeliaran mengikuti
para pendatang. Seolah-olah muka tampan ini mirip dengan muka pengedar nomor
wahid.
Harus diakui,
melepas image ganja dari Aceh itu sangatlah sulit, tapi seiring waktu,
masyarakat Aceh juga akhirnya mengerti bahwa ganja adalah barang terlarang di negeri
ini. Jadilah, sewaktu saya menyusuri jalanan pemukiman lamteuba sampai
kepemukiman Krueng Raya yang berjarak kurang lebih 50 KM, tidak satupun
terlihat gelagat yang aneh pada penduduk desa. Ladang ganjapun tidak terlihat.
(mungkin dipinggir kaki gunung kali ya ditanam ganjanya hehe).
children with their mom |
an Another mom?? no! ini Ema si bule cantik dari Amrik |
Dibius dengan
makanan yang bercampur ganja?! Saya justru makan sampai dua piring. Gulai Plik
U (gulai berbahan campuran kelapa busuk) yang menjadi gulai andalan kawasan Aceh
Besar ini menjadi menu favorite saya dan si Bule dari Amerika. Doi, malah
menyeruput kuahnya sampai dua piring! Pingsan? Tidak! Justru lezatnya luar
biasa! Tidak ada unsur ganja didalamnya. Bagaimana mungkin saya bisa berkata
demikian? Karena bila ada unsur ganja didalamnya, maka sesaat setelah menyantap
gulai tersebut sampai 2 piring, bisa dipastikan saya akan ngantuk berat. Tapi kala
itu, semuanya baik-baik saja.
Sayangnya, hari itu aceh juga diselemuti kabut asap. ini adalah pemandangan dari atas perbukitan Lamteuba |
andaikata ini dekat dan mudah, tentu esok minggu saya balik kesini lagi |
lagi dan lagi ada kabut asap di aceh |
enjoy your life bro! |
Kami Shalat dhuhur tepat disisi kanannya |
Akhirnya, saya setuju dengan ungkapan kuno dalam bahasa Aceh ;
Tajak beutroh, takalon beudeueh.
Bek rugoe meuh, saket hate
Artinya,
Datanglah sampai ketujuan, lihatlah dengan jelas/nyata
Jangan sampai rugi emas, nanti sakit hati.
Comments
Pengen deh sesekali ke sana Yudi :)
ReplyDeleteBisaa sekali trip 150 ribu ya bai hehehe
DeleteBanyak ilalang ya. *trus kenapa? :D
ReplyDeleteMau guling2?? Kamu aja yaa
DeleteJalanannya sepi gitu ih kalau sendirian kesana serem lah takut ada yang tiba-tiba dateng begal hehe
ReplyDeleteSejauh ini sih aceh aman Wi.. G tahu Deh ntar klo udah mulai rame hehehe
DeleteSemoga aku bukanlah hamba yang rugi emas ya mas. ehehe
ReplyDeleteEh.. Kok tahu itu istilahnya utk lamaran? Hehehe
DeleteNggak kok kak.. Mas Fahmi pasti dalqm keadaan sadar kok milihnya kan??
Bang, bawa kami ke sana, please... :D
ReplyDeleteooh gampang.. mani piro?? :))
Delete#kita jadwalkan lagi nanti klo makmur bisa ngumpul disada atau di polem ya
Nah, nah, mantap tu. Ditunggu ya, haha.
DeleteKapan mau ketemuan?
Deletewah kalau seperti ini bisa mabok tiap hari mas..disana ada kartel kartel gitu gak mas..
ReplyDeletehahaha yaa kan saya sudah sebutkan diatas, klo itu semua sudah nggak ada lagi mas :)
DeleteYud, nulis jadi guest post dong mengenai Aceh di blog ku kalau kamu sempat ya kapan2, destinasi ini masih misterius untuk ku karena belum pernah kesana, one day Yud, i ll come to see you and your beautiful family
ReplyDeleteMauuuuuuuu!!!
Deletethats was I'm waiting for Mbak!
baik baik,. segera yudi akan kirimkan draftnya ke Mbak fabiola..
ah seneng rasanya :)
Wah mantap mas ngetripnya :D
ReplyDeletepemandanganya keren, kalau cuaca sedang cerah saya yakin jepretanya makin joss. Tapi enggak papalah setuju sama ungkapan kunonya.. Hehehe
iya mas Eksa.. mudah2an kesampaian kesana lagi.. soalnya lumayan bikin pegel pantat sih mas klo kesana hehehe
DeletePemandangannya dan keunikan di pemukimannya semestinya bisa menutupi jejak histori tentang ganja di sana ya...
ReplyDeleteNah iti dia yang sedang saya perjuangkan mas.. Klo aceh itu jangan dikenal karena ganjanya.. Malu jg klo tiap bilang aceh selalu identik dengan ganja
Deleteasyik banget jalan berlika likunya
ReplyDelete.... gile banget ya ladang ganja seluas 155 ha ... ck ck ck
jangan bilang pengen ngejajal dengan sepedahan ya mas hihihi
Deletedalam kasus kabut asap, gimana jadinya kalo ladang ganja di aceh yg terbakar semua, tentu teler semua rakyat Indonesia :)
ReplyDeleteHahaha Palingan pada teler
Deletedamai sekali mas disana :)
ReplyDeleteingin rasanya menginjakkan kaki di aceh, btw disana pada suka reggae gag, kalo bicara soal ganja jadi ingat kaum rastafarian dengan upacara jumnyahbinghi
Yups.. Damai sebuah ungkapan yang tepat Bang.. Di aceh, pada prinsipnya ganja bukanlah hal tabu. Tp bukan utk di hisap. Komunitas regge ada, tapi tidak besar. Hanya segelintir saja
DeleteMungkin pemukiman ladang nya ada di tengah hutan rimba ya Bang Yud. Hahahaha.... Aku malah penasaran mau coba Gulai Pilik U itu. Kok gak ada foto gulainya? Penasaran aku Hahahahaha xD
ReplyDeleteAku juga lupa motoin gulai itu. Tadinya aku pikir biasa aja.. ternyata.. ya ampu. Lezat buangeeeet
DeleteIjo dimana - mana. Adem liatnya. Suasana kayak gitu bikin pengen balik lagi ����
ReplyDeleteSalam kenal dari Medan, Bang
Iya kak.. adem banget. Sayangnya ini jauh banget dari banda aceh hehe
DeleteHai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉