Ini bukan sekolah laskar pelangi, Ini adalah Sekolah Termiskin Di Aceh |
SEKOLAH
KAMI;
POHON, GUNUNG, SUNGAI DAN AWAN.
POHON, GUNUNG, SUNGAI DAN AWAN.
Di Sekolah ini kami bisa bersekolah di hari
Minggu dan bisa libur di hari Senin atau Selasa. Di sekolah ini siswa Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3 bisa
saja ada di satu ruang dengan 1 guru.
Di Sekolah ini kami belajar dengan buku
bacaan yang sama sejak beberapa tahun lalu. Di
sekolah kami tidak ada Pustaka dan kantin.
Di Sekolah kami juga tidak ada upacara
Bendera. Katanya, tiang Bendera kami sedang di-install
ulang.
Sekolah kami berlantaikan tanah dengan sarang
'kurök-kurök' di semua sudut. Pak
Riski dan Pak Sabirin, guru yang kami cintai, (tepatnya) pahlawan kami juga
membebaskan kami untuk bersekolah dengan bertelanjang kaki.
Kata pak Riski, "anak-anak! yang penting kalian bisa bersekolah, jika belum punya
sepatu tidak masalah". Sungguh! Beliau guru yang sangat baik. Teramat
baik malah.
Asiknyaaaa, di sini kami bisa bersekolah dengan pakaian dan seragam
apapun lho! Oh ya, Di sini
tidak ada sinyal Handphone
dan Listrik. Jadi,
jangan Tanya apakabar kami di sini. Teman-teman
juga tidak akan pernah menemukan jalan aspal disini.
Bukan perpus, tapi rak buku di Sekolah Termiskin Di Aceh |
Kawan-kawan,
Kami tidak sedang berbicara tentang DIPA Aceh
tahun 2016 yang kabarnya mencapai 47 Trilyun. Kami juga tidak sedang membahas tentang dana otonomi
khusus yang katanya sudah puluhan Trilyun. Apalagi Anggaran
Pengeluaran Belanja Aceh tahun 2015
untuk pendidikan di Provinsi Aceh yang mencapai 2 Triliyun Rupiah.
Sejujurnya kami tidak begitu peduli dengan
angka tersebut. Kami bahkan tidak begitu peduli berapa buah
angka 'nol' di angka tersebut.
Maaf jika kami juga sedang malas bahas
Pilkada.
Yang kami mau tahu pasti apakah besok kami
masih akan bersekolah?
lantai tanah lengkap dengan kurok-kuroknya di Sekolah Termiskin Di Aceh |
Apakah besok guru masih datang mengajar? Sehat
kah ia? Sudikah Ia selalu mengajar kami di sini? Apakah kami akan membaca buku lusuh yang sama tiap tahun?
Kawan, tidak
ada SMA disini!
Apakah kami akan langsung menikah segera setelah
tamat SMP? Padahal fisik kami belum siap untuk melahirkan terlalu dini. Apakah kami sudah siap menggendong anak di
usia kami yang masih anak-anak? Apakah
kami akan menuju hutan mencari kayu alin
pesanan para toke atau menjala ikan jurong untuk konsumsi sehari-hari?
Apakah kami akan mengikuti para cukong kayu
dan ikut menebang hutan? Apakah…
jauh sekali rasanya rasa kelayakan sekolah |
Kawan-kawan,
Tolong Kabari Dunia!
Tolong Kabari dunia bahwa kami ingin
bersekolah seperti anak-anak lain. Kabari
dunia bahwa kami juga punya cita-cita seperti halnya teman-teman.
Kabari dunia bahwa kami ingin buku yang
bagus. Kabari dunia bahwa kami ingin berkirim surat
dan berkenalan denganmu, semua.
Kabari dunia bahwa di delapan desa di satu
Kecamatan ini kami hanya punya satu
Dayah tempat kami belajar agama dan mengaji yang hanya bisa di jangkau oleh 3 desa.
Kabari dunia bahwa kami masih punya semangat!!
Iya, semangat itu yang membuat kami masih
bertahan untuk terus bersekolah.
Teman-teman,
Kunjungi kami.
Kami menantimu disini.
Dan kita akan bisa belajar bersama.
Belajar di sekolah kami,
Belajar bersama Gunung, Pohon, Sungai dan
Awan.
-------------
SMP
Merdeka, Gampong Tampur Paloh Kecamatan Simpang Jernih Kabupaten Aceh Timur.
29 Desember 2015.
29 Desember 2015.
*****
Guest
post by : Edi Fadhil, adalah salah satu
pemuda Aceh yang bergerak dalam bidang kemanusiaan dan pendidikan di provinsi Aceh.
hebatnya, beliau bekerja secara manual dan sendiri. Tanpa embel-embel lembaga,
tanpa embel-embel politik. Semuanya, dilakukan sepenuh hati dan oleh dirinya
sendiri.
Saya
bersyukur, Bang Edi, begitu sapaan saya ke beliau, mengijinkan saya memposting
tulisan ini di blog sederhana saya. Tujuannya hanya satu, mengetuk hati kalian
yang tiba-tiba terbakar membaca uratan tangannya. Mengetuk hati kalian yang
matanya tiba-tiba panas lalu berair mata karena menahan pilu.
Saya
masih tercenung tak percaya. Ini Aceh! ini tanah rencong yang anggarannya
triliyunan rupiah. Emosi saya muntaz seketika. Dan, saya sangat berharap, bagi
sahabat-sahabat yang terketuk hatinya sudi kiranya membantu. Saya sudah bosan
mengutuki pemerintah, karena inilah tugas kita bersama. Bagi Sahabat Blogger,
ataupun pembaca yang ingin membantu, jangan Ragu untuk menghubungi bang Edi
atau saya sendiri.
Ragu? Tak
mengapa. Saya menjadi jaminannya. Apa hebatnya saya? Paling tidak kalian bisa
mencecar saya di semua media social saya hehehe #serasaArtis
Contact
Person Edi Fadhil : 081360024719 / Yudi
Randa 082160247799
bang Edi Fadhil, pemuda "Pungoe" ini berhasil touch down ke daerah pedalaman aceh untuk mengunjungi Sekolah Termiskin Di Aceh |
ingin menjadi petani. betapa mulianya cita-cita itu |
jangan tanya alamat FB nya karena mereka tak tahu apa itu FB |
hanya ingin menjadi guru ngaji :) |
Kurok kurok dan rak buku kosong di Sekolah Termiskin Di Aceh |
potret ruang kelas di Sekolah Termiskin Di Aceh |
kelas beberapapun itu tak penting, yang penting belajar |
All Picture by Edi Fadhil
info terbaru; Pembangunan ruang kelas sudah ada yang menyumbang.
Comments
Ah potret buram dari negara kita yang sudah betpuluh tahun merdeka :(
ReplyDeleteBiarin aja Mbak.. Mungkin mereka yang di Sana sedang lupa. Klo pendidikan indonesia sedang kritis
DeleteSaya menangis waktu pertama membaca postingan ini di fb bang edi, salut sekali dengan beluau
ReplyDeleteIya kak.. Dia pemuda aceh yg luar biasa. Nggak perlu lembaga. Tapi niat dan tekad yg kuat
Deleteingin meangis membacaa ini bang...
ReplyDeleteironi di negeri kita, disaat para wakil rakyat kita sibuk memperkaya diri lalu mereka sebenarnya mewakili siapa ????
semoga ada jalan terbaik untuk generasi penerus bangsa ini. amiiin
Politik negeri ini masih sangat mahal bang. Makanya mereka sering lupa daratan. Tapi biarlah.. Yang penting kita tetap terus berbuat. Membantu semampunya. Walaupun hanya sekedar nulis di blog
DeleteMudah-mudahan dengan semakin banyaknya orang yang membaca ini, semakin banyak pula yang mau membantu. Kurok itu apa, Bang?
ReplyDeleteAmien.. Semoga.menjadi amal baik penutup tahun ya bang.
DeleteUndur undur bang Gara. Bahasa acehnya kurok kurok. Kurok itu artinya gali atau menggali
Tulisan yang sederhana tapi menyentuh...
ReplyDeleteTerima kasih sudah berbagi hal ini, bang Edi & bang Yudi!
Sama2 bang Taufan..
DeleteSemoga bisa berguna ya bang.. Ikutan bantu yoks? Hehe
Mudah-mudahan dengan semakin banyak orang yang membaca ini, semakin banyak juga orang yang mau membantu :amin. Ngomong-ngomong, kurok itu apa, Mas?
ReplyDeleteBahasa melayunya undur undur bang hehe
DeleteKalau mau bantu sumabangan dan buku bekas ke mana ya bang?
ReplyDeleteThanks in advance
Bisa kirim ke nama yang bersangkutan. hubungi contact person di atas Mbak/Mas
DeleteSabar saudaraku...aku akan coba gerakkan hati saudara2 kalian di banda aceh... Bang yudi randa, tolong info lokasinya yg jelas bang ...ke email saya aja bang...mufie.doank@gmail.com... Tq bang yudi randa..
ReplyDeleteSalam Bang Nafie, sebelumnya minta maaf saya telat balas. untuk lokasi jelasnya abang bisa menghubungin bang Edi Fadhil dengan cp yang tertera dalam postingan di atas. terima kasih :)
Deletetuh lah bg yg wajar di bantu gak pernah merasakan hidup dari uang negara................
ReplyDeleteyups.. dan alhamdulillah akhirnya ssekolah ini dilirik oleh pemerintah untuk di bantu :)
DeleteSungguh ironis yah, tapi keren semangat belajar anak-anak Aceh untuk mencari ilmu
ReplyDeleteiya kang.. walaupun mereka kebingungannya setelah tamat smp mau lanjut kemana :)
DeleteALLAHU AkBAR
ReplyDeleteSubhanallah
DeleteSangat miris. Pemerintah Aceh dapat dana triliyunan rupiah setiap tahun. Seharusnya sekolah ini menjadi tujuan "proyek" mereka tahun depan, jika memang tak bisa dibangun dengan donasi sosial. Untunglah cerita ini dipublis, kalo tidak, mungkin tidak diketahui publik--termasuk pemerintah.
ReplyDeleteyaaa begitulah kenyataannya.. tapi akhirnya ada anggota dewan yang melawat :D
DeleteMudah2an sekolah ini bisa menjadi tempat penelitian saya untuk tesisi dan sekalian mempublikasikan kepada para penggerak pendidikan Aceh.
ReplyDeleteamin.. semoga di mudahkan ya bang/kak :)
DeleteSemoga dengan ada pemberitaan ini, ada perbaikan utk kedepannya
ReplyDeleteAlhamdulillah.. akhirnya dilirik oleh pemerintah kak :)
Deleteaahh semoga bisa ikut membantu, kalau buku-buku cerita gitu mas yudi?
ReplyDeleteBoleh.. boleh banget Mbak Dedew.. mau kirim ke yudi juga boleh. atau menghubungi ke no bang Edi juga boleh :)
DeleteSMP Merdeka.. Seberapa Merdekakah Kita ?? :(
ReplyDeletemerdeka itu tergantung cara kita menilainya bang Pon :)
DeleteBoleh Izin share?
ReplyDeleteSilahkan.. dan jangan lupa source ya bang :)
DeleteDan mereka di seberang sana, di istana megah masih riang gembira berebut proyek, berebut uang, berebut kursi.
ReplyDeleteMerdeka!
Ah terkadang yudi sering bertanya, mereka itu punya mata atau tidak ya Daeng? :)
DeleteKondisi yang sama dimana-mana....
ReplyDeletedan kita tidak boleh membiarkannya
Deletesemakin miskin suatu keluarga semakin kecil peluang untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya.
ReplyDeletemasalahnya di aceh berbeda bang Ikhwan. di aceh sekolah gratis. tapi...
Delete47 trilliun buat apa aja yaaa enak nya ???
ReplyDeletebuat pabrik kancut sampai nyewa modelnya lebih duit bang hahaha
DeleteHai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉