Sunset, di Aceh Selatan. |
Labuhan Haji, Aceh Selatan,
adalah daerah yang menjadi sebuah bukti kalau Aceh, ada hubungan yang erat
dengan tanah Minang, Sumatra Barat. Di tanah ini pula, banyak dilahirkan
ulama-ulama hebat Aceh. Sebut saja Teungku Peulumat yang bernama asli, Tengku
Syekh Abdul Karim, beliau lahir pada tanggal 8 Agustus 1873 di Kota Baru Sungai
Tarap Batu Sangkar Minangkabau Sumatera Barat. Ada pula Syekh Muda Waly Al
Khalidy yang juga keturunan dari Batu Sangkar, Sumatera Barat. Jadi, jangan
heran. Kalau kamu ke labuhan haji, sebagian besar masyarakat di sana berbicara
dengan bahasa yang berdialek Padang.
Daerah yang berbatasan langsung dengan samudra hindia pada sisi barat ini, ternyata luput dari bencana Gempa dan Tsunami tahun 2004 lalu. Ada berbagai opini yang muncul. Tapi satu jelas, daerah yang dulunya merupakan salah satu tempat berangkatnya masyarakat Aceh ke tanah suci, Makkah, untuk menunaikan rukun Islam ke lima, Naik Haji.
Ada satu hal yang menarik dari
kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan ini. Yaitu budaya Ta’ziyah. Dalam Islam,
berta’ziyah menjadi sunnah dilakukan. Tujuannya, untuk menghibur dan
meringankan keluarga yang ditinggalkan atau yang tertimpa musibah kematian.
Di sini Desa Pisang Labuhan Haji
Aceh Selatan, rumah duka tak usah memikirkan asap di dapur lagi. Karena, ketika
ada yang meninggal, warga setempat akan dengan sigap untuk segera mengantarkan
rantang untuk rumah duka.
Mereka semua berduyun-duyun
mengantarkan sebanyak tujuh rantang yang berisikan nasi lengkap dengan lauk di
pagi, lalu tujuh rantang lagi di siang. Sedangkan pada malam hari, ada 7 sampai
dengan 12 rantang untuk makan malam
keluarga yang tengah berduka.
FOTO BY Fakhrizan Bin Mahyeddin |
Menariknya lagi, setiap warga atau masyarakat setempat, sudah mengetahui kapan gilirannya untuk mengantarkan rantang tersebut. Menunya pun begitu luar biasa, mulai dari ayam goreng, bebek, ikan sambal sampai kuah gulai. Begitu beragam isi rantangnya.
Bagi mereka, masyarakat desa
Pisang, Labuhan Haji, Keluarga yang sedang berduka, hanya cukup untuk menerima tamu saja tanpa harus memikirkan perihal dapur. Karena untuk urusan dapur, sudah ditanggung
oleh masyarakat setempat yang secara bergotong royong bahu membahu bergantian
mengantarkan makanan ke rumah duka. Baru pada hari ke Lima atau di hari ketujuh
setelah jenazah dikebumikan, dapur rumah duka kembali mengepul sebagai mana
sediakala.
FOTO BY Fakhrizan Bin Mahyeddin |
Termasuk dalam bentuk ta’ziyah
adalah membuatkan makanan untuk keluarga yang terkena musibah. Ini sangat
dianjurkan untuk menghibur mereka, sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
اصْنَعُوا لآلِ جَعْفَر طَعَاماً فَقَدْ
أَتَاهُمْ أَمْر يشغلهُمْ -أو أتاهم ما يشغلهم-
“Buatkan makanan untuk keluarga
Ja’far, karena mereka sedang tertimpa (musibah) yang menyibukkan mereka.“ (HR.
Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah. Hadist ini dihasankan oleh Syekh al-Albani di
dalam Shahih Ibnu Majah no. 1316)
Indahnya sunnah Rasulullah SAW.
Begitulah kehidupan masyarakat Aceh khususnya pada Desa Pisang, Kecamatan
Labuhan Haji, Kabupaten Aceh Selatan.
By : Fakhrizan Bin Mahyeddin
Penulis adalah Traveller Aceh yang juga pecinta budaya Aceh.
Silahkan cek akun instagramnya disini
anak muda kita. |
Comments
memang anda luar biasa.......................................
ReplyDeleteitulah hebatnya anak juli bang :D
ReplyDelete😂😂😂 nyan hai pak sekdes gampong kamoe ka geukomen 😁
ReplyDeletenyaaan bereh lagoe hahaha
Deletefakri aneuk julie
ReplyDeleteyoi... hahaha
DeleteDesa saya ini
ReplyDeletewah.. desa yang luar biasa
DeleteInspiratif.. 👍
ReplyDeletethx bang Agus
DeleteHai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉