Saya, awalnya tak percaya bila di Banda Aceh, ada pabrik makanan yang sudah berumur cukup tua ini. sampai bang Hotli mengabarkan kalau ia ingin meliput kegiatan pembuatan pisang Sale tak jauh dari makam Syech Kuala. Rugi sekali rasanya bila momentum ini saya lewati begitu saja. Jadilah saya ikut bersamanya.
Jarum jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Tangan bang Ishak, bang Martunis dan kak Leha, sudah terampil memisahkan pisang Wak dari tandannya. Cukup cekatan. Dua pria muda ini, sudah melakukannya selama hampir setahun belakangan ini. Sedangkan kak Lela, sesekali menggebuk pisang yang sudah matang dengan rolling kue.
Bang Martunis, Bang Ishak, dan seorang warga sekitar tengah mengupas pisang |
Satu persatu pisang Wak (musa
acuminata) yang sudah matang pindah ke dalam ember hitam ukuran sedang. Saban kali
wadah hitam bulat itu penuh, bang Ishak dengan cekatan mengangkutnya ke ruang
pemanggangan.
“ini harus di sale (diasapi) sampai dua hari dua malam. Sampai benar-benar
matang. Apinya juga harus diatur agak kecil. Jangan terlalu panas. Biar rasanya
enak dan warnanya bagus, tidak terlalu hitam” ujar bang Ishak sembari
membolak-balikkan pisang yang sudah diasapinya sejak kemarin siang.
Sesekali, Ia memeriksa api
pembakaran. Sesekali, ia hanya berdiri dan memandangi satu persatu tungku
pisang. Asap dari tungku mengisi hampir seluruh ruangan di pagi itu. Memandanginya,
membuat saya terjebak dalam nostalgia rumah nenek kala menjelang Idul Fitri.
Pisang Sale, pada dasarnya adalah
penganan khas Aceh pesisir timur. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan kota
Banda Aceh hari ini, beberapa penganan khas Aceh mulai merambah pasar-pasar di
kota Banda Aceh. Tak terkecuali Pisang Sale
Red Golden. Pemiliknya, berasal dari kabupaten Pidie Jaya. Lalu, tatkala
permintaan semakin besar dari kota Banda Aceh, ia pun memutuskan untuk memulai
usahannya di kota paling utara Indonesia ini.
Penganan khas Aceh ini, memang
sudah menjadi salah satu oleh-oleh khas dari Aceh. Biasanya, peminat paling
ramai adalah turis yang berasal dari negeri jiran, malaysia. Rasanya yang manis
dan legit, membuat siapapun yang menikmatinya tak ingin berhenti di satu
bungkus saja.
menuangkan pisang ke tungku pemanggangan |
Jauh sebelum Aceh mulai menjadi
salah satu destinasi wisata, Pisang Sale, memang sudah menjadi penganan wajib
disajikan bila hari raya idul fitri tiba. Pisang yang diolah dengan cara
tradisional dan tidak menggunakan pengawet ini, menurut penuturan beberapa
orang dipercaya telah ada sejak era kerajaan Samudra Pasai.
Saya berdiri, mematung. Menikmati
aroma pisang yang mulai matang. Satu persatu dikutip, lalu mulai dibungkus
dengan ukuran rata-rata 200 gram perbungkusnya.
“kalau pisangnya tidak habis, kami akan mengolahnya menjadi pisang sale
goreng” ujar kak lela, yang sedari awal ketibaan saya sibuk memukul-mukul
pisang sale sampai pipih dengan menggunakan rolling kue.
“Nanti dia di jemur lagi sampai benar-benar kering. Baru setelah itu
dia akan digoreng dan siap kembali ke pasar”. Ungkap kak Lela sambil terus
menerus menggebuk pisang Sale sisa dari pasar. Wajar produk pisang ini tak
tahan lama lalu sering berlebih. Bukan karena tak laku, akan tetapi karena
pengelohannya yang tidak menggunakan bahan pengawet. Sehingga hal tersebut
membuatnya tak terlalu tahan lama.
Pabrik yang berada di kawasan
Alue Naga, Banda Aceh ini, sudah berdiri lebih dari enam tahun. Dengan total
sekitar enam orang pekerja yang sebagian besar adalah perempuan. Dalam seharinya,
mereka memproduksi sampai 50 kg Pisang Sale. Pasar yang disasar masih seputaran
Banda Aceh.
eh, ada penampakan hihi |
Namun, saya harus mengakui, jika kids zaman now mungkin tak terlalu kenal
dengan penganan yang satu ini. Beberapa penganan luaran Aceh mulai merambahi
pasar-pasar yang berada di kota yang luasnya hanya 62 km persegi. Sebut saja,
bika Ambon, bolu Napoleon dan lain sebagainya.
Walaupun tampilannya tidak
menarik, dibalik itu semua, Pisang Wak memiliki khasiat yang baik untuk
kesehatan tubuh. Apalagi bila ia sudah diasapi. Salah satunya adalah dapat mengurangi
sakit Maag. Bukan, bukan karena pisang itu mengenyangkan. Akan tetapi senyawa
organik dalam pisang merangsang aktivitas sel-sel di lapisan perut untuk
membangun pelindung terhadap asam. Pisang juga mengandung inhibitor protease, yang menghilangkan bakteri berbahaya yang
dikaitkan dengan perkembangan radang perut. (sumber wikipedia)
pisang Wak (musa acuminata) |
Dan masih begitu banyak manfaat
lainnya dari pisang tersebut. Tapi, zaman sudah canggih. Tak semuanya akan
peduli akan hal tersebut. Terpaan kerasnya persaingan usaha, invasi
produk-produk dari luar Aceh. Membuatnya harus bertahan dan terus bertahan. Saya,
terkadang merasa miris dan bangga sekaligus. Miris karena Banda Aceh hari ini,
sudah begitu banyak makanan “impor” yang perlahan mulai menggerus
makanan-makanan nostlagia saya kala masih kanak-kanak. Bangga, karena melihat
pisang Sale ini masih mampu bertahan.
Entah berapa lama, saya pun tak
berani mengira-ngira. Satu hal yang pasti, saya senang bisa melihat langsung
proses pembuatan penganan legendaris Aceh ini. Jadi, bila kamu ke Aceh suatu
hari ini, jangan sampai lupa merasakan nikmatnya pisang Sale. Sampai ketemu di Aceh
ya sobat...
Bang Ishak tengah mengecek pisang Sale yang hendak di angkat. |
Siap dijual |
Comments
Nah banyakin postingan kulinernya mas, soalnya saya suka mantengin foto makanan
ReplyDeleteModel pisang salenya gemuk2 gitu ya mas beda ma tempatku yg diiris tipis2 bgt trus dibalut tepung
Pisangnya mirip pisang batu yg biasa dipake buat onderdil bumbu rujak
wkkk ampun mbak.. saya pun nggak kuat kalau terus2an makan makan.. hahaha
DeletePisang sale salah satu panganan favorit ku. Tapi kok yang ini bentuknya agak berbeda, gak diiris tipis seperti yang biasa kumakan ya? :)
ReplyDeletesama aja sih Mbak Dee.. di kita juga ada yang gituan. tapi ini lebih aduhai haha
DeleteDuh, ngencees deh liatnya. Pisang sale memang maknyus. Baru tahu prosesnya ternyata diasap dan panggang yaa..
ReplyDeleteiya mbak, Yudi malah tadi kirainnya di kukus hahaha
DeleteKalo masalah pisang Sale ini, jangan tanya berapa bnyak peminatnya. Saya mungkin orang yag berda pada urutan 100 besar penyuka pisang sale.
ReplyDeleteOh iya, foto makan pisang salenya belom ada bang..
Hehehe
hahahaha nggak ada bawa dana untuk beli, dan nggak enak rasanya makan gratis :))
DeleteDi Jawa juga banyak oleh2 pisang sale. Setelah baca ini, jadi mikir. Ternyata kebanyakan memang daerah2 di pantura. Dalam kaitannya dengan Samudra Pasai, mungkin pisang sale menyebar seiring hubungan dagang dalam pelayaran samudra. Tapi aku belum tahu, apakah pisang sale ini dibawa dari Aceh ke Jawa, atau dari Jawa ke Aceh.
ReplyDeletejangan-jangan ini malah memang penganan sumatra?
DeletePisang sale memang maknyus. Baru tahu prosesnya ternyata diasap dan panggang yaa..
ReplyDeleteiya.. saya mikirnya dikukus :D
DeleteDi Bandung juga ada. Pisang Sale namanya. Tapi bedanya si pisang diiris tipis. Ada juga yang dipilin-pilin agar bentuknya agak berkenyal. Tentang masaknya gimana saya gak tau. Di Aceh ini saya baru tau ada penganan yg sama. Diasap & panggang pula masaknya. Wah menarik sekali :)
ReplyDeletedi Aceh, yang diiris tipis lalu di goreng juga disebut pisang sale goreng kak Ulu
Deletelah knp gw gk di ajak kawanin nih ke pabrik pisang sale, itung2 jd bodygurd ente. hehe
ReplyDeletehahahaha ini mendadak.. dan langsung main kabur aja haha
DeleteBang. Pisang Sale itu asli Aceh ya? Waktu saya ke daerah pulau jawa kok ada pisang sale juga ya?
ReplyDeleteIni pengasapannya yg menggunakan kayu bakar ya bang?
naaah itu jadi pertanyaan besarnya hari ini. pas aku posting ini, banyak temen2 di jawa nanyain hal yang sama
Deletebaru tahu di Aceh ada jajanan pisang sale tahunya dari Bandung saja
ReplyDeleteiya kak, aku juga kaget pas searching di google kalau ternyata pisang ini buanyak banget di luar aceh :D
DeleteBang yud, saya kira selama ini pisang sale itu makanan khas dari tanah sunda. Soalnya kalau ke bandung selalu belinya pisang sale, ada yg bentuknya pipih digoreng, ada juga yang bentuknya masih menyerupai bentuk pisang asli tapi kecil dan menciut (mungkin karena kadar air dalam pisang sudah habis). Nyesal kenapa waktu ke Aceh gak beli ini, and this is one of my fav food lohh!! makasih juga bang Yud sekarang tau kalau pisang sale itu khas Aceh ternyata hehehe...
ReplyDeleteBermainlah bang ke Dongengtravel - Romantisme Dieng Culture Festival
Lha? kenapa nggak bilang pas ke aceh waktu itu :D
Deletebtw, makin rame yang komen kayak kamu dit, saya makin bingung, ini sebenarnya makanan asli mana ya
Kalo aku suka sale pisang yang diiris tipis terus digoreng pake tepung, bang. Bulan lalu pas suami ke Lhoukseumawe belikan aku pisang sale goreng tepung itu. Uniknya pisangnya kecil kayak pisang mas. Baru liat sekali model kayak gitu
ReplyDeleteiya, pisang Wak itu kan kecil2.. dan memang favorite saya juga yang pake tepung lalu di goreng.. laziiiis
Deletebaru tau ada pisang sale yg ga dipotong2 dulu pisangnya... rasanya gimana yaa,.. penasaran...
ReplyDeletewaduh bingung saya ngejelasinnya mas hehe
DeleteHai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉