Pengembangan wisata di Aceh seolah berada pada titik kebingungan antara terus memajukan sektor pariwisata atau mengalihkan ke sektor lainnya.
Tahun 2016 menjadi sebuah titik balik. Angin segar bagi wisata di Aceh. Berawal dari dimenangkannya Penghargaan Wisata Halal Dunia 2016 atau World Halal Tourism Awards 2016 untuk dua kategori. Yaitu, Aceh sebagai World’s Best Halal Cultural Destination dan Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar sebagai World’s Best Airport for Halal Travellers.
Lain yang diharap, lain yang didapat. Pengembangan wisata, kerasnya promosi wisata yang dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sampai komunitas sadar wisata aceh, terkesan tidak mampu memberikan pemahaman yang jelas akan arah pembangunan wisata Aceh. Bahkan cenderung jalan ditempat.
Mulai dari medio awal 2016 berbagai kasus yang berhubungan dengan wisata di Aceh terus terjadi. Kasus penutupan tempat wisata terus terjadi di daerah yang terkenal dengan slogan Serambi Mekkah ini. Berbagai alasan disusun rapi. Terbaru, kasus penutupan Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar yang seyogyanya pernah menangkan katergori sebagai World’s Best Airport for Halal Travellers pada tahun 2016 tersebut.
Baca juga, Wisata Aceh Terhalang Syariat
Bukan tanpa alasan, penutupan diwacanakan hanya berlaku pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha saja. Katanya, untuk menghargai hari besar umat muslim di Aceh. dan memberikan kesempatan untuk pelaksanaan ibadah kepada petugas bandara. Kabar terbaru, ketika hari idul Adha lalu, bandara “hanya” tutup selama 3,5 jam. Selebihnya kembali normal.
ditutup |
ini tampilan pantai yang pernah ditutup. di kawasan Aceh Jaya
Tak ada yang salah dengan hal ini. Secara hukum, Aceh memiliki kewenangan khusus untuk melaksanakan Syariat Islam secara mandiri. Di sisi yang lain, ada berbagai aspek yang harus dipertimbangkan untuk objek vital dalam sebuah daerah dan negara ini, untuk bisa ditutup begitu saja. Bagaimana dengan yang sudah reservasi tiket? Bagaimana dengan jumlah penerbangan yang banyak di pagi hari? Bagaimana dengan pendapatan daerah yang masuk dalam kategori daerah tertinggal ini?
Wisata Halal Tidak Sama Dengan Wisata Syariah Atau Religi
Wisata Halal, merupakan wisata yang mengutamakan unsur kehalalan beberapa aspek yang terkait dengan wisata itu sendiri. Halal dalam berwisata berarti, penyediaan tempat wisata yang meliputi Hotel, rumah makan/restoran dan lainnya menggunakan material halal dan thoyyib (baik). Standar kehalalan ini-seharusnya-diukur melalui prosedur yang mampu memenuhi sertifikat halal. Sehingga terjamin dari berbagai bahaya dan baik. Sehingga, pasar yang disasar dari branding wisata halal ini adalah semua orang. Tanpa memandang agama yang dianut.
jargon wisata Aceh
Tujuan awal dari branding wisata halal adalah, didengungkan oleh pihak Pemerintah Indonesia untuk mengejar wisatawan muslim dari negeri non muslim. Yang mengalami kesulitan ibadah dan kesulitan mendapatkan makanan yang halal sesuai dengan kaidah Islam. Sehingga tak heran, jika pasar wisata halal ini juga dikejar oleh Jepang, Thailand, dan beberapa negara lainnya.
Jika istilah syariah lebih kepada mengatur manusia dan seluruh aspeknya, sedangkan istilah halal lebih kepada mengatur material dan seluruh penanganannya. Tidak ada istilah kolam renang halal, yang ada kolam renang syariah, yang penerapannya berupa menutup aurat bagi wanita serta tidak bercampurnya pria dengan wanita pada satu kolam renang. (kutipan dari www.cheria-travel.com)
Daya tarik wisata syariah diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan muslim. Wisata Syariah, sudah barang tentu wajib memastikan segala aspek syariah terpenuhi. Sehingga, dalam wisata syariah, bisa dipastikan untk mengharuskan peserta beragama Islam karena wisata ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan keislaman para pesertanya.
Ada tiga jenis wisata religi. Pertama, wisata dengan tujuan beribadah (pilgrim) seperti haji dan umroh. Kedua, wisata bersifat islami contohnya berwisata ke Turki untuk melihat sejarah kebudayaan Islam usai melakukan ibadah Umroh. Ketiga, wisata halal yakni pemenuhan ibadah muslim saat mereka berwisata seperti mushola dan restoran halal.
Kesimpulannya? Silakan Anda simpulkan sendiri. Bagaimana baiknya.
Mereka Yang Terus Berbenah Dan Maju Jalan
Di sisi lain, dalam tahun 2019 ini, Dua kabupaten di Aceh terus melangkah maju dalam membangun sektor pariwisatanya. Pulau Banyak, yang berada di Kabupaten Singkil. Satu lagi, Bur Telege di Kabupaten Aceh Tengah. Pulau Banyak misalnya, hanya butuh waktu tiga tahun untuk berubah menjadi lebih baik. Menjadi lebih siap dalam menyambut para wisatawan yang haus akan wisata.
Pemandangan di Pulau Rangit yang berada dalam kawasan Pulau Banyak, Aceh Singkil
Sebut saja, perubahan yang begitu mencolok atas pulau Panjang. Sebuah pulau yang tiga tahun lalu hanya sekumpulan kebun kelapa, kini mulai berbenah. Jauh, dari kesan sebuah kebun. Mulai dermaga apung yang istagramable, sampai penginapan yang dikelola oleh pihak Desa dalam bentuk BUMDES sampai pihak swasta. Penyewaan sepeda keliling pulau di Pulau Balai disajikan. Mereka mulai berani menyajikan makanan khas daerahnya. Mulai percaya untuk menyuguhkan paket wisata dengan spot-spot yang menarik lainnya.
Senada dengan perkembangan itu, Bur Telege yang berada di kawasan tengah Aceh tak mau ketinggalan. Masih terbayang jelas beberapa tahun silam, ketika pertama kali melangkahkan kaki ke sini. Hanya semak belukar. Hanya ada anjing liar yang menggonggong tak tahu diri. Kacaunya, tempat tersebut memiliki potensi wisata dengan pemandangan yang aduhai.
Jika pulau Banyak dengan pemandangan laut yang biru berbalut hijau toska, beningnya air bak akuarium raksasa. Di Bur Telege, pemandangannya bukit yang berpunggung danau Lut Tawar yang hijau dan tenang. Hijaunya pinus bersusun rapi. Ditambah, hawa sejuk yang membuat suasana begitu syahdu. Kini, pemuda desa setempat mulai membenahinya. Bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten, mereka mengubah kawasan tersebut menjadi begitu ramah untuk kunjungi.
Bur Telege, hari ini!
Berbagai wahana permainan dibangun. Toilet lengkap dengan air bersih. Kawasan yang tadinya semak belukar berubah menjadi taman bunga. Atraksi wisata tak tertinggalan. Ia kini, menjadi primadona baru dalam menikmati indahnya danau Lut Tawar dari atas bukit. Bagi dua daerah ini, terus melangkah maju adalah tujuannya. Demi keadaan yang lebih baik. Demi kesejahteraan ekonomi masyarakat yang lebih baik.
Mereka paham, view ini dapat di jual dengan baik tanpa harus ada kontradiksi apapun.
|
Akhir kata, arah manakah yang akan ditempuh oleh Aceh dalam memajukan pariwisatanya? Halal, ataukah Syariah? Mungkin, ia masih akan bingung sampai beberapa tahun ke depan.
Comments
Sebenarnya dari kacamata aku bang, aceh lebih bingung dari yang abang perkirakan. Malah bisa dikata tidak tau apa yang di perbuat. Contoh paling jelas adalah Gamifest. Bukan tidak ada positifnya ini event, tapi event nya hanya sebagai pemenuhan kegiatan saja rasanya. Ah,. Ini hanya ooiniku, mungkin penggagas dan pemerintah sama sekali tidak bingung, hanya saja belum menemukan formula yang tepat.
ReplyDeletehihihihi saya menulisnya dengan selembut mungkin lho ya.. itu kamu sendiri yang mengatakan demikian ya? :D
Deletekeren banget nih suasana alam serambi mekah, ternyata lautnya ada yang biru ya om disana..
ReplyDeletepulau rangit kayak pemandangan di karimun jawa gitu..
Saya suka tulisan ini. Analisanya mengena sekali. Memang perlu ada pemahaman yang mendalam mengenai konsep-konsep dasarnya sebelum bisa melangkah lebih maju.
ReplyDeletePengelolaan wisata memang tidak segampang yang kita lihat ya.
ReplyDeleteTidak hanya menyediakan tempat, memperbaiki fasilitas lalu mengundang orang untuk datang. Ada konsep besar yang kadang tidak dibereskan dulu. Padahal konsep besar ini penting untuk tahu arahnya ke mana, timeline-nya seperti apa, prosesnya seperti apa, monitoringnya seperti apa.
Tanpa itu, ya semua akan berjalan tanpa arah yang jelas dan akhirnya akan membuat seorang bloger ternama Aceh seperti Bang Yudi menjadi resah dan gelisah.
wisata syariah?? wwah ini sih kalau di tempat ibadah mungkin perlu sepertinya. tapi kalau di pantai ya....
ReplyDeletekalau sepemahamanku ak lebih seneng halal. karna disini pernah buka pantai syariah menuai kontra yg cukup banyak dan akhirnya ga jalan. Ujung2nya kemarin diplesetin jd pantai yg disukai lgbt, padahal wis bubar cukup lama.
ReplyDeletehalal menyediakan makanan-minuman halal, kalaupun ada makanan non halal dijual gpp asal di kasih tulisan :D mungkin sama tempat sembayang dan toilet dipisah kataku udah cukup :D
Wisata halal terasa lbh tepat sasaran menurutku kl memang tujuannya meningkatkan kunjungn wisata. Aceh pnya banyak potensi wisata yg kl dikelola baik pasti bagus.
ReplyDeleteUntuk titik wisata aceh yang sedang dikembangkan, jadi bucketlist baru lagi nih untuk bisa dikunjungi ;)
ReplyDeleteRegards,
HEYDEERAHMA.COM
Dari cerita teman yang berasal dari Aceh, katanya sebenarnya di Aceh itu punya banyak banget tempat-tempat indah yang berpotensi menjadi sebuah tempat wisata yang jempolan mbak.
ReplyDeleteTapi ternyata ada problematika tersendiri di dalam daerahnya ya.
Ulasan menarik dengan sudut pandang yang tak biasa
ReplyDeleteSejujurnya aku masih belum paham sama konsep wisata halal ini. Apa sebenarnya yang disasar, manusia, makanan atau fasilitas wisatanya?
Aceh aja masih meraba-raba
Lalu sudah mau diterapkan pula di daerah lain
Mohon maaf, bukannya gak setuju
Tapi kalau secara konsep saja belum matang arahnya mau kemana, bagaiman bisa diterapkan. Kesannya kok memaksa sekali ya
Semoga wisata Aceh khususnya dan Indonesia umumnya makin maju dan nyaman untuk semua
Kalau tujuannya mengundang orang dari kalangan mana pun, sepertinya wisata halal lebih pas. Wisata syariah, kesannya seperti wisata religi, mau haji atau umroh. Ya memang non Muslim kan tidak boleh masuk ke kota Makkah...
ReplyDeleteDalam waktu dekat sih sepertinya saya belum tertarik ke Aceh nih, walaupun saya Muslim. Mungkin terpengaruh berita medsos, seolah Aceh tak ramah perempuan...
Ga nyangka Pulau Rangit begitu indahnya. GImana melihat aslinya di sana ya pasti bakalan berdecak kagum :) Wah iya sih 3,5 jam tutup pas Idul Adha selama 3,5 jam itu gimana ya? Yang sudah resewrvasi segalam macam pasti merasa gimanaaa gitu. Wisata halal memang penting biar kita merasa aman dan tenang menikmati liburan.
ReplyDeleteMenurutku, kalaupun nantinya Aceh memajukan wisata syariah juga nggak masalah. Karena memang itu suatu hal yang positif. Sepertinya bakal jadi dayak tersendiri untuk Aceh, apalagi julukannya sudah serambi Makkah 😁
ReplyDeleteSepertinya wisata halal lebih baik ya menurutku. Ya halal makanannya dan lain-lain. Kalau wisata syariah sepertinya pangsanya lebih sempit. Dan tidak semua wisatawan mau berwisata syariah gini.
ReplyDeleteBy the way ternyata Aceh Sudan banyak bebenah ya. Banyak tempat wisata keren baru. Belum pernah ke Aceh sih.
Foto-fotonya cakep, bikin pengen balik lagi ke Aceh deh. Aku juga penasaran dengan Pulau Banyak itu.
ReplyDeleteTapi kalo ke arah wisata Syariah, ya aku jelas bakalan ditolak di Aceh,, tahu kan kenapa.
Salam dari Bandung, konsep wisata halal yg notabene di aceh sudah menjadi juara WHTA 2016 ternyata masih belum sepenuhnya difahami oleh masyarakat luas. Terlebih para stakeholder dan pentahelix pariwisata di Aceh.
ReplyDeleteSaya baru tau perbedaan wisata halal dan syariah. Tetapi, ya sepertinya memang mengembangkan wisata halal. Walaupun untuk Aceh sepertinya tidak sulit ya mencari sesuatu yang halal
ReplyDeleteAceh, sebuah tempat yang ingin saya kunjungi juga. Aceh yang terkenal dengan serambi mekah pasti istimewa. Tadinya saya pikir wisata halal dan religi sama, ternyata beda, ya. Suka lihat pemandangan pantainya. Indah banget. Subhanallah
ReplyDeleteMenurut saya jika bingkai dasarnya syari'ah mungkin framework dan proker keseluruhan harus syar'i. Karena kalau syar'i sudah pasti halal.
ReplyDeleteMenurut saya juga, tak perlu Aceh terlalu menggenjot target pemerintah pusat untuk mendatangkan turis, lebih baik fokus pada perbaikan segala bidang terutama infrastruktur seperti yang telah dilakukan Pulau Banyak sehingga dengan begitu pariwisata akan berjalan dengan sendirinya walaupun pelan namun pasti. Aceh itu unik dan menarik tinggal mengemasnya jadi lebih apik. Kita tidak mengejar angka-angka berapa kunjungan wisata ke sana, yang penting masyarakat di sana bisa hidup tenang dan makmur sesuai syariah
Sebagai negara non-muslim yang sedang mengincar pelancong muslim, wajar bila Thailand dan Jepang melancarkan branding wisata halal. Nah, kalau seperti Indonesia yang sudah dikenal sebagai negara muslim terbesar sedunia, khususnya Aceh, apakah masih perlu bila menggaungkan wisata halal? Karena banyak westerner yang mengira kita adalah negara islam radikal :D
ReplyDeleteSaya sendiri masih bingung dengan label wisata halal ini, bang. Apa perlu Aceh yang sudah islami seperti itu diberikan label "wisata halal". Rasanya memang sudah dipastikan halal, kan?
ReplyDeleteNah iya, perlu paham dulu wisata halal maksudnya gimana, menyediakan makanan dan minuman halal, serta kemudahan tempat beribadah bagi muslim, kok malah rame-rame nolak dan demo kayak semuanya mau diislamkan..duh..Jepang, Korsel saja membidik wisata halal, kita ribut mulu..gemes ya..
ReplyDeleteAaah cantiknya Aceh Singkil. Jadi pengen ke Aceh. Dari dulu sudah masuk list tapi apadaya tabungan belum cukup. Salah satu alasan pengen banget ke Aceh selain kopinya tapi juga pengen membuktikan bahwa Aceh itu unik dan menarik dengan segala unsur syar'i nya.
ReplyDeleteJujur saja, sampai sekarang pun kalau lagi ngobrol sama beberapa teman yang suka jalan-jalan ngobrol tentang wisata halal ini masih bingung. Tapi kemarin suami baru balik dinas dari Aceh memang banyak cerita tentang program pemerintah tentang wisatanya ini.
ReplyDeleteHai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉