Sejak virus yang berukuran nano meter itu bertandang. Saya dan teman sejawat kerap tidak pernah traveling keluar daerah. Sangat mematuhi anjuran untuk stay at home.
Ya, enam bulan penuh mendiam diri di pedesaan dengan ragam aktivitas. Akhir Agustus ini, sepertinya kami perlu mehirup udara diluar bumi Teuku Umar. Meskipun tidak jauh-jauh amat. Yang penting jalan dulu meskipun tidak tahu kemana arahnya.
“Kemana nih kita, mau ke selatan atau ke utara?” tukas si empunya mobil.
“Ke Kota Naga saja,” sahut gadis yang paling muda diantara kami.
“Jangannn, enak ke arah Banda Aceh saja,” sahut yang lain lagi.
Akhirnya, setelah berumbuk kami melajukan kendaraan kearah Banda Aceh. Di musim Corona seperti ini. Walaupun bagaimana kita tetap waspada. Lengkap dengan masker dan hand sanitizer. Dan kami sepakat untuk singgah pada tempat yang tidak terlalu ramai.
Apalagi, salah satu diantara kami ada yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan. Auto diingatkan terus tentang protokol kesehatan.
Dua jam akhirnya kami sampai ke pantai Rigaih. Cuacanya sangat panas. Kami tidak betah, bahkan ada yang tidak turun dari mobil.
Pun akhirnya, tancap gas lagi. Karena sudah siang kami singgah di rumah makan tepat di kaki Gunung Grutee. Warung yang paling ramai disinggahi oleh orang yang sedang melakukan perjalanan di lintas barat selatan ini.
Akhirnya jam 02:30 mobil membawa kami dengan pelan menaiki gunung yang penuh pesona ini. Penuh tikungan tajam dan pepohonan yang meranggas. Di kiri kanan tak jarang kita melihat monyet yang juga sedang bersantai.
Saya pikir, di musim virus Covid-19 bergentayangan dimana-mana. Suasana puncak Grutee kerap sepi. Hah, tidak sama sekali. Justru makin terlihat ramai.
Dari semenjak tahun pertama kuliah dulu. Puncak Grutee menjadi tempat wajib bagi saya dan teman-teman untuk singgah. Baik pulang maupun pergi.
Tak heran kala itu, jika insta story Instagram kami meliput panorama Grutee. Setiap satu semester dua kali, ya karena satu semester sekali pulang pergi.
Sore ini kembali bisa mehirup udara lembut menerpa wajah. Menatap laut maha indah oleh ciptaannya. Apalagi, ada satu gunung Seperti segitiga di seberang nya.
Di puncak Grutee ini bisa menikmati ragam kuliner. Dari mie kepiting, mie telur, kuphi khop dan ragam jenis minuman lainnya.
Tidak susah menjangkau tempat ini. Karena langsung dipinggir jalan utama Barat Selatan Aceh. Tanpa ada fee sama sekali untuk singgah disini.
Ada sejumlah pondok kayu berderet di sepanjang puncak Grutee. Pondok kayu itu, menjadi tempat meluruskan punggung setelah lelah melakukan perjalanan.
Maka, sangat di rekomendasikan untuk para traveler singgah ke puncak Grutee ini. Selain menakjubkan juga strategis dan ekonomis.
Comments
Hai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉