foto by Hendri

Gerimis turun menjelang senja. Pesisir pantai desa Panga kabupaten Aceh Jaya, terlihat cukup ramai dari biasanya. Sore itu, angin  muson barat yang bertiup tenang, mampu meredakan gelombang laut. Tua muda, kecil besar, pejabat dan masyarakat berdiri tanpa sekat. Berjejer mengikuti garis pantai yang cukup panjang.

Raut wajah mereka terlihat sumringah, ketika satu persatu anak penyu (tukik) yang berjenis Lekang dilepasliarkan kembali ke laut. Hari itu, ada sekitar 143 ekor tukik yang kembali ke habitatnya. Sebelumnya, bang Deni selaku ketua penggiat Konservasi Penyu di Aceh Jaya terlebih dulu memberikan pemahaman kepada para peserta yang hadir sore itu.

wisatawan ikut serta dalam kegiatan pelepasan tukik Lekang di Aceh Jaya (foto by Hendri )

“Penyu ini, harus dikembalikan ke habitatnya bila kita masih ingin menikmati hasil laut. Terlebih lagi, penyu sudah mulai terancam punah, sedangkan fungsinya di laut menjadi salah satu satwa sentral. Salah satunya membuat terumbu karang menjadi sehat, sehingga ikan-ikan tetap banyak. Masih suka makan ikan kan?” sumbar Deni kepada remaja dan anak-anak yang terlihat begitu serius mengikuti penjelasan darinya. 


Potensi Ekowisata Di Aceh Jaya


Pantai Aroen Meubanja yang terletak di desa Panga ini, adalah salah satu destinasi yang layak dikembangkan sebagai destinasi ekowisata di Aceh Jaya. Kabupaten Aceh Jaya ini, menjadi salah satu kabupaten yang terkena imbas paling hebat Tsunami Aceh 2004 lalu. Sehingga, sampai hari ini, kawasan yang terletak di pesisir barat Sumatera ini, menjadi daerah yang cenderung lambat perkembangannya. 

Kawasan yang berkontur perbukit dan bergunung, Sebagian rawa, dan langsung berbatasan dengan samudera Hindia di sisi baratnya, menjadikan kawasan ini, cukup unik. Apalagi, perjalanan yang akan ditempuh untuk mencapai daerah tersebut, terbilang cukup menarik. Dari Banda Aceh, dengan kenderaan bermotor, diperlukan waktu selama 3 jam. Suntuk? Tunggu dulu! Pemandangan samudera hindia terjadi hampir di sepanjang perjalanan. 

Pemandangan Di Puncak gunung Geurute, ketika menuju ke Aceh Jaya dari Banda Aceh

Tak hanya berkesempatan untuk menyaksikan pelepar liaran tukik Lekang, pun saya di ajak untuk melihat kawasan yang baru saja dibuka dan ditetapkan sebagai kawasan ekowisata hutan mangrove. 

Hutan mangrove seluas 25 hektare ini, baru saja diresmikan sebagai kawasan ekowisata mangrove pada tahun 2021. Ekowisata hutan bakau ini terletak di Gampong Baro Sayeung, Kecamatan Setia Bakti, Kabupaten Aceh Jaya. Lokasinya memang cukup mudah ditemui hanya berjarak beberapa meter dari Jalan Nasional Banda Aceh-Meulaboh.

Taman Mangrove di Aceh Jaya

Dari pusat Kabupaten Aceh Jaya, Calang, jarak ke lokasi Ekowisata Mangrove ini sekitar 6 kilometer atau 8-12 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan mobil ataupun sepeda motor.

Memang, belum banyak atraksi yang disajikan, hanya sebuah Menara pandang yang ada. Namun, hal itu tetap membuat saya semangat. Menatap kejayaan wisata berbasis lingkungan di Aceh jaya ini.

Cukup? Belum!

Masih ada Conservation Response Unit Sampoiniet. Atau biasanya disebut CRU Sampoiniet. Di sini, kamu dapat bermain bersama (sisa-sisa) Gajah asli Sumatera. Yang dulunya, adalah lambang kejayaan kerajaan Aceh Darussalam. Yang dulunya menjadi binatang kesayangan sultan Iskandar Muda yang masyhur itu.



Saya sendiri, sempat menikmati bermain bersama Aziz, si gajah jantan yang berada dalam kawasan CRU tersebut. Sesekali ia merebahkan diri di sungai yang dangkal. Sungai yang masih berair jernih ini, begitu sejuk. Tak sampai di situ, pasirnya juga bak pasir laut. Hamparan pasir putih itu memberikan warna yang kontras dengan tepian hutan hujan di sekitarnya.

walaupun sinyal seluler tak terlalu baik. Namun tak menyurutkan saya untuk mendekat dengan sang Po Meurah yang sebutan Gajah di masyarakat aceh pada awal kerajaan dulu. Dan, mengapa saya tidak mengajak anak-anak ikut serta. Mereka, hampir saban malam meminta saya bercerita tentang betapa megahnya sang gajah. Ah, malu hati rasanya.


“Andaikata abang bisa nginap, besok pagi kita bisa 
tracking ke hutan naik gajah. Sambil terus menyusuri sungai ini, bang” celetuk Zahlul. Dan, saya pun membayangkan betapa seru dan asyiknya jika mendapatkan kesempatan yang luar biasa tersebut.

Ah, iya! Saya hampir lupa. Di Aceh Jaya, kamu akan dengan mudah mendapatkan Mie Aceh dengan toping udang Lobster. Harganya juga cukup terjangkau. Rasanya, sulit sekali melepaskan Hasrat untuk terus menjelajahi kabupaten Aceh Jaya yang beribukota Kota Calang ini. 



Cerita lain tentang tentang Aceh Jaya

Merajut Kejayaan Aceh dari Aceh Jaya

7 Destinasi Pantai Wisata Aceh Jaya yang Pas untuk Menyendiri

 

 

 

 

.