Desain rumah makannya, warna depannya merah-merah hitam gitu. Terkadang terkesan sedikit sadis, sedikit angker, sedikit eksotik, dan sedikit gothic



Seminggu ini, Banda Aceh bocor langitnya. Cuaca dingin tak menentu. Apalagi semenjak ba`da Tsunami yang berhasil mengkikis habis hutan bakau, membuat uap panas dari laut ditambah kencangnya angin berhasil membuat cuaca Banda Aceh berubah total. Yang biasanya angin sepoi-sepoi, kini bisa berubah menjadi angin ribut. Kadang-kadang, mendung bisa bergulung-gulung mirip awan nimbus. Ah, intinya Banda Aceh, seminggu ini jadi dingin. Udah gitu doang. Titik!

Dingin, enaknya makan yang hangat-hangat. Dingin, enaknya makan yang berkuah dan disajikan masih dalam keadaan yang berasap. Ish, jadi pengenlah…

Jadilah, semalam tadi, saya lagi-lagi mengajak anak-anak dan istri untuk cari dinner. Biasalah, ini kan masih bulan muda, masih tanggal satu, baru juga gajian tadi sorenya (istri yang gajian, saya mah apa atuh, tak bergaji) jadi dananya masih segar. Sesekali gerimis, sesekali guntur menyapa, sesekali kilat mewarnai gelapnya lagi Banda Aceh, (kok jadi mirip cerita kliwon gini?).

“Bang, mau makanan Jepang lah..” pinta istri yang sepertinya kumat kangen Jepangnya. Padahal, ke Jepangnya cuma tiga kali, itu pun cuma ke Nagoya doang, ish, ini puteri kadang-kadang kumatnya bikin mumet.

“Yah, makan mie Jepang lah” pinta anak yang juga punya turunan sok Jepang dari emaknya.  Saya dan si gadis kecil? Kami hanya saling pandang keheranan di tengah cuaca yang mendung-mendung syahdu. Baiklah, kita makan Mie orang Jepang!


Motor butut  dipacu ke arah jalan Teuku Umar, seputaran Setui, Banda Aceh. yang sering nongkrong di Canay mamak setui pasti tahu. Wong tokonya sebelah-sebelahan kok!  Mie Ramen Akira, namanya. Tolong di catat, mungkin suatu saat akan perlu. Siapa tahu ingin makan mie ramen dan gyoza yang pake kecap asin itu. Ada di seputaran Jalan Teuku Umar, Setui. Banda Aceh.

Oh ya, For your information juga nih, harap di catat juga, siapa tahu nanti keluar ketika ujian. Satu lagi rumah makan jepang, ada di seputaran kompleks Kampus Unsyiah Darussalam Banda Aceh, tepatnya? Pas di samping lapangan Tugu. Mudah carinya, tanya saja, rumah dosen yang istrinya orang jepang dimana? Insya Allah pasti nyasar, eh, ketemu. Amin.

Mie Ramen Bawang Putih dengan Toping Cumi
Balik lagi ke rumah makan Mie Ramen Akira..

Desain rumah makannya, warna depannya merah-merah hitam gitu. Terkadang terkesan sedikit sadis, sedikit angker, sedikit eksotik, dan sedikit gothic. Lalu, lampion jepang atau cina yang tergantung besar-besar didepannya, menarik perhatian saya. Masih sepi, belum terlalu ramai. Warung sebelah juga sedang renovasi. Jadilah saya dan keluarga sedikit leluasa, mulai dari parkir sampai cari meja makan.

Tadinya, saya sangat berharap, ini warung bisa lesehan. Tapi ternyata tidak, saya harus duduk di kursi dan ada mejanya. Sedikit repot memang, apalagi bawa anak-anak balita yang super aktif. Sambil makan bisa joget-joget. Atau kadang-kadang sambil adzan. Pernah sekali, sambil makan, sambil lakukan gerakan Shalat. Giliran pas mau sujud, itu bagian ekor mengenai meja dan piring serta gelas, duar! Semuanya terbang. Sip! Ayahmu yang baik hati ini harus bayar nasi, air jeruk, berserta piring dan gelasnya. Ah, masih bulan muda!

Aneka Ramen…

capek saya putar2, dia memang maunya terbalik. Maaf @_@
Menu yang di tawarkan hampir semuanya Mie Ramen. Mulai Tsukamen, yang katanya mie dingin. Tolong jangan tanya sama saya, gimana bentuknya, karena saya sendiri nggak paham. Terus, ada Mie ramen bawang putih, Original Ramen, Mie ramen Aceh, Mie ramen gunung Berapi, Mie Su Ramen. Terus, ada Gyoza, Okonomiyaki (maaf klo terjadi kesalahan tulisan, ini murni karena lidah saya keseleo), ada Crepes Jeruk, Crepes Pisang, dan Pauzo + Kentang Goreng.

Memang, belum banyak menu yang ditawarkan. Akan tetapi, kalau saya pesan semuanya, bisa dipastikan gaji bulan ini bisa habis. Tapi mengingat, menimbang, dan memutuskan, kalau saya ini masih di Aceh, bukan di kota besar layaknya Medan dan Jakardah, Ramen Akira, sudah bisa mengobati keinginan anda yang hendak makan makanan Jepang.

Aneka Toping
Saya, pesan Mie Ramen Bawang Putih, seporsi harganya 27 ribu rupiah. Kata istri, saya wajib makan ini, bisa nurunin Kolestrol. Baiklah, demi kau dan si buah hati, aku rela harus bau begini. Isinya, Mie Ramen, (ya iyalah mie isinya, masa nasi?) Bakso, telur rebus, daun sawi, dan beberapa irisan daun bawang. Berhubung si kakak pramusajinya senyum terus, dia nawarin, Toping! Oke, tambah toping, berarti nambah 5 ribu lagi. Isi topingnya juga beragam. Ada toping cumi + rumput laut, ada toping udang + rumput laut, dan toping jagung rebus + mentega + rumput laut (khusus toping jagung cuma nambah 3000 rupiah).
Yang menarik itu, Mie ramen akira, bukan hanya jualan ala jepang, tapi juga jualan ala Aceh. Ya, siapa tahu ada yang tidak biasa makan makanan selain jepang. Nah, disini, ditawari mie Ramen Aceh.


Mie ramen Aceh, isinya mie-kuah ramen dan kuah kari-daun bawang-bakso-telur dan daun sawi.

Mie ramen gunung api, isinya mie-kuah ramen-tauge-telur-irisan wortel-cincangan ayam, dan kawan-kawannya. Disusun irisan wortel agak meninggi, dan lancip di ujung, jadi deh gunung apinya.

Berhubung, semakin lama saya menulis, semakin saya mengingat, betapa nikmatnya setiap seruputan mie yang masuk ke mulut saya, maka, tulisan ini saya akhirkan disini. Buat yang masih penasaran, selamat mencoba, selamat menikmati.

Oh ya! Satu lagi!, bagi yang menganut prinsip "hemat beib!"  Jangan kemari ya, harganya minimal 20 ribu perporsi. Makan mie Aceh saja, satu porsi masih ada yang 9000 ribu.


Seiring berbenahnya Banda Aceh, seiring itu pula, tumbuh dan berkembang berbagai rumah makan baru. Menjadi sebuah ikon-ikon kuliner yang bisa anda nikmati bila sedang bermain di Banda Aceh.
Handuk Lap dingin, untuk lap keringat!

finally, he gets what he wants

Banda Aceh, 2 April 15