foto by "Acehplanet(dot)com
Burung-burung gereja menari hilir mudik dibawah kubah masjid yang bernuansa putih dengan arsitektur khas eropa di era abad pertengahan.  Sepasang kekasih tengah bersedu bahagia. Satu di ujung utara, satunya lagi di ujung selatan.  Berdua, sesekali tersenyum dari kejauhan.

Pak Teungku Kadi (Penghulu), mulai mengambil alih ceremony yang mungkin akan menjadi sebuah perhelatan paling akbar dalam kehidupan kedua anak cucu adam yang tengah masyuk dalam ikatan cinta. Deru sesuara para undangan yang duduk rapi bersila diatas marmer Italia, sedikit sejuk. Membuatku ingin ke kamar kecil.

“Saya terima nikah dan kawinnya, jamilah binti jamilun anak kandung bapak , dengan mahar 30 mayam emas, Tunai!” suara lantang yang terucap dari mulut pengantin pria membahana seisi masjid Raya Baiturrahman. Seketika itu juga dengung suara takjub dari para hadirin menggema ke pelosok kubah-kubah.


Ya! Aku sendiri takjub dengan jumlah mahar nikah yang di ucapkan oleh temanku kala itu. 30 mayam emas. Bukan jumlah yang sedikit. Yang di nikahi itu pun bukan gadis sembarang gadis. Anaknya salah satu pengusaha di tanah Rencong.

Ditengah ketakjuban para tamu, kedua mempelai itu akhirnya dapat duduk bersanding berdua. Diatas tilam yang berajut benang emas. Mirip para pangeran dan putri raja-raja aceh dahulu. Mereka saling salam, saling berhadap-hadapan. Kini, janji sehidup semati telah berikrar. Di dalam sebuah masjid nan megah.

Kala acara telah selesai, kala kedua pengantin kembali kerumah masing-masing untuk mempersiapkan resepsi pernikahan mereka di keesokan harinya, Aku berpikir keras. Aku ambil handphone, aplikasi kalkulator menjadi pilihan.

1 mayam emas, sama dengan 3,33 gram Emas 24 karat. 1 mayam emas (kini) sama dengan 1.700.000. sejurus kemudian, keluarlah sebuah angka yang cukup fantastis. Rp 51.000.000!!

Kaget? Ya, Aku juga dulu sempat kaget. Akan tetapi kekagetanku perlahan menurun. Mengingat tak lama lagi Aku pun akan menjalaninya. Menikah yang kala itu tak lama lagi. Menikah dengan seorang gadis Aceh bagian timur. Berulang kali Aku mengutuki diri dan keadaan. Kenapa Aku harus jatuh cinta dengan gadis Aceh? Sebelah timur pula! Minimal pasti 20 mayam Emas. Alamak..rezekinya abang ni dek.

Bila orang berkata, Cinta itu butuh pengorbanan, maka kami pria-pria kesepian diatas tanah para Sultan ini mengatakan kalau cinta itu butuh mahar untuk menghalalkannya. Tapi, begitulah cinta, dia datang dan jatuh di hati siapapun yang dia inginkan. Bila tak sanggup dengan mahar yang menggila, silahkan cari yang lain.

Aku akhirnya mencoba menghitung, seberapa besarkah perjuangan sang pengantin pria untuk dapat mempersunting gadis Aceh yang konon katanya ada sedikit arab-china-eropa-hindia ini.;

1.       Cincin tunangan (2 mayam)            : Rp. 3.400.000
2.       Seserahan saat tunangan               : Rp. 1.200.000
3.       Mahar Nikah ( 30 mayam)               : Rp. 51.000.000
4.       Seserahan saat resepsi (di hitung dengan isi talam sesuai dengan jumlah Mayam, walaupun tidak wajib)                                                                              : Rp 6.000.000
5.       Uang hangus                                      : Rp. 6.000.000
6.       Isi Kamar                                            : Rp 10.000.000
7.       Biaya resepsi                                      : Rp. 30.000.000

Totalnya : Rp 107.600.000!!**

Sip, Sempurna! Satu mobil agya. Ah masih murah! Belum satu Pajero Sport keluaran terbaru kok. Insya Allah Aku pasti sanggup. Sekali lagi, Cinta itu butuh pengorbanan. Walau hati dan jantung taruhannya. Begitu, bukan?

****
prosesi pemberian hadiah cincin mas dari ibu mertua kepada mempelai wanita

Percaya atau tidak, menurut beberapa literature tak resmi yang beredar di negeri tercinta ini, mahar gadis Aceh yang cantik nan jelita ini, merupakan mahar termahal kedua, setelah gadis bugis! Jadi, masih belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan gadis bugis. Ok baiklah, Aku akan melamarmu. Tunggu Aku di pelaminan. Tunggu Aku di lingkar masjid yang berwarna putih megah itu. Cintaku, Aku sudah menjual seluruh baju dan pakaian dalamku. Semuanya demi kamu!

Mungkin, inilah resikoku, yang lahir, besar, dan terdidik secara defacto ala Aceh.  Dalam adat negeri para “penggila” perang ini, Aku di didik untuk mau bekerja keras. Bersungguh-sungguh dalam menjemput rezeki. Lalu, mempersiapkan diri selayak mungkin untuk meminang kekasih hati dari belahan desa lain di provinsi paling barat Indonesia ini.

Kemampuan pria Aceh dalam mengumpulkan mahar, akan menjadi sebuah pertimbangan bagi keluarga sang gadis untuk melepas anak gadisnya. Mampukah ia untuk terus menafkahi si gadis nan jelita ini atau tidak. Ya, ini adalah salah satu sisi positifnya. Aku hanya merenung, memang tak semua gadis Aceh yang seperti itu. Toh, masih ada yang “hanya” 3 mayam emas. Tentunya latar belakangnya juga berbeda. Ah, intinya begitu. Aku ingin muntah. Seisi kepala ini berputar seratus delapan puluh derajat. #menjelangsakau

Tapi, sekali lagi! Bukankah cinta itu butuh pengorbanan? Cinta juga tak cukup dengan kata manis semata. Maka, ucapkan : 
Gadis Aceh, akan Kupinang Engkau dengan 100 Juta!!

Jumlah seserahan ini biasanya di sesuaikan dengan jumlah mahar yang diminta walaupun tidak wajib

Bna, 7/7/15 YR

Ket : ** harga yang tertera hanyalah kisaran harga yang tak baku. Karena, di setiap kabupaten/kota yang ada di Aceh, memiliki adat yang berbeda-beda. Ada yang lebih tinggi lagi, ada pula yang hanya hanya menerima seperangkat alat shalat. Ini hanya penggambaran sepintas yang terjadi pada keseharian penulis.