Pesona Takengon,
“Oh, justru mas Yud harus ke Takengon. Kalau ingin berbicara kehebatan sejarah Aceh, ada di sana” 
Mas Stanov menjelaskan kepada saya dengan sedikit berteriak. Maklum, sesuara kami berlomba dengan suara deru mesin kapal cepat dan air yang bergemuruh. Pagi itu, saya dan mas stanov baru saya bertemu akan tetapi pembicaraan mulai menarik tatkala saya mengetahui kalau ternyata beliau adalah salah satu arkeolog yang melakukan penelitian dan penggalian di Loyang Mendale, Aceh Tengah.


Kapal berjalan menuju Sabang, tapi hati dan pikiran saya mulai merambah nun jauh ke tengah provinsi Aceh. Takengon. Berkali-kali sudah saya mengunjungi dataran tinggi Gayo ini. Baik untuk liburan bersama keluarga maupun untuk menunaikan tugas kerja. Bagi saya, Gayo, bukan lagi sesuatu yang asing. Masam Jing yang rasanya semberiwing, kopi Gayo apalagi, sudah menjadi bahagian keseharian saya. Tapi, saya tak pernah menyangka kalau Gayo, lebih dari itu semua.

April lalu, seperti mimpi. Doa demi doa terijabah. Betapa bahagianya. Istri hamil anak ketiga (sst..jangan komentar apapun tentang ini ya), saya seolah tak berhenti jalan semenjak awal tahun. Mulai dari Aceh Tenggara, Gayo Lues, lalu berlanjut lagi ke Bali, tak lama berselang, panggilan ke sabang pun datang. Sampai akhirnya, panggilan yang ditunggu-tunggu datang juga. Saya diajak Famtrip oleh tim Pesona Indonesia! Yeaaay!

Pesona Takengon,
adakah yang kamu kenal diantara mereka?
Perjalanan ke Takengon kali ini memang menjadi sebuah perjalanan yang tak terlupakan. Pertama karena ini dalam rangka Famtrip Pesona Takengon bersama beberapa blogger nasional (yang mau bahas blogger interlokal dan local geser dulu ya..) dan, tentu saja, Itenary-nya!

Hampir saja gelas kopi sanger saya tumpah tatkala saya membaca itenary nya! Loyang Mendale, dan Pantan Terong! Alamak.. meleleh hati ini. Bagaimana tidak, dua tempat itu adalah tempat idaman saya. yang satu membahas sejarah melalui makam kuno, yang satunya lagi sebuah puncak tertinggi di kota Takengon dengan view yang aduhai.

Saya, sempat meminta supir dan guide untuk berhenti sejenak. Sesaat sebelum sampai ke tujuan.  Saya selalu ingin mengabadikan sebuah masjid tua yang berada tak jauh dari bibir danau. Jangan, jangan Tanya kepada saya apa cerita dibalik masjid tua itu, karena saya sendiri tak paham. Mungkin, karena itulah saya harus balik lagi ke Takengon.

Pesona Takengon,
Masjid Tua yang berada tak jauh dari tepian Danau Lut Tawar, Aceh tengah
Puas dengan beberapa photo yang hanya bisa diambil dari luar pagar masjid, mobil rombongan kami pun kembali melaju. Tak sampai sepuluh menit, mobil kembali berhenti. Dan bang akhi, guide kami meminta kami semua turun. “inilah Loyang mendale. Tempat ditemukan manusia kuno” katanya. Sontak, saya turun padahal masih ngantuk.

Sudah lama saya sebenarnya penasaran dengan asal muasal etnis gayo ini. Belum lagi dengan beberapa literature mengatakan kalau tari saman yang berasal dari tanah gayo ini dibawa oleh seorang pendakwah dari Jazirah Arab. Artinya, Gayo, sudah maju sejak dahulu kala. Etnis ini, bukanlah etnis yang tak punya sejarah besar. Penemuan kerangka manusia purba ini semakin mengukuhkan keberadaan Gayo sebagai salah satu suku tertua di dunia.

Loyang ( sebutan gua dalam bahasa Gayo) Mendale ini sebenarnya tak ubahnya seperti sebuah ceruk dipinggiran bukit-bukit karst yang membentang di kiri kanan danau Laut Tawar yang indah ini. Sekilas, seperti tak ada apa-apa. Hanya ceruk biasa. Tapi, tatkala saya menyempatkan naiki ceruk dengan batuan kapur berada dibagian atasnya, barulah saya paham, kalau itu bukan hanya sekedar ceruk. Melainkan sebuah museum purba yang berada langsung di alam.

Pesona Takengon,
Bekas penggalian fosil di Loyang Mendale, Aceh Tengah
Beberapa replika tengkorak manusia purba tersusun rapi persis sesuai saat pertama kali ditemukan. Total yang terlihat itu ada 3 replika. Walaupun menurut beberapa sumber dan buku, kalau total yang berhasil ditemukan 12 kerangka manusia purba yang tersebar di beberapa ceruk sepanjang danau Laut Tawar.

Ah, tak menarik. Iya, memang. Sepintas hanya terlihat ceruk dengan bekas galian, dipasangin tali raffia yang melintang sepanjang tempat penggalian. Beberapa sisa gerabah juga terlihat berserakan begitu saja. Tak ada guide yang bisa menjelaskan keadaan tersebut, hanya papan pengumuman singkat yang menceritakan sepintas mengenai tempat itu.

Mungkin, bila diawal bulan april lalu saya tak bertemu dengan mas Stanov.  yang dengan antusiasnya  menceritakan kehebatan penemuan Kerangka manusia Purba gayo ini, maka bisa dipastikan saya pun tidak akan ngeh akan tempat hebat ini.

Kawan, bila ada diantara kamu yang membaca tulisan ini, kerangka tertua yang berhasil dideteksi itu berumur 7400 tahun! Tahukah kamu itu apa artinya? Teori sejarah yang mengatakan kalau manusia Indonesia itu berasal dari Austronesia terbantahkan!

Kapak Persegi yang ditemukan sekitar Loyang Mendale, kini telah dipindahkan ke Loyang Putri Pukes
Replika Fosil Manusia Purba
Bangsa Austronesia yang diperkirakan pernah bermigrasi ke Gayo atau wilayah Indonesia barat lain, antara lain, dari Filipina dan Taiwan melalui Sulawesi. Dengan temuan fosil manusia purba ini, pada periode 4.400 sebelum Masehi hingga 300 Masehi, diperkirakan ada manusia dari Thailand yang bermigrasi ke Gayo.

Jadi begini, dahulu, para arkeolog dan sejarawan menyakini kalau penduduk Indonesia pertama kali masuknya dari Filipina lalu ke Sulawesi lalu menyebar ke seluruh nusantara. Nah, dengan ditemukannya manusia tertua di Gayo ini, peta sejarah mulai berubah. Kerenkan? Artinya lagi, itu buku sejarah harus ditulis ulang Bro! Cuma gara orang Gayo.

iya, ini juga replika, dibuat sesuai aslinya. Dan memang ada batunya diatas tubuh mayat tersbut. 
Berbagai teori yang belum baku mulai bermunculan. Apakah dari tanah dataran tinggi Gayo, manusia menyebar terus sampai ke pesisir Aceh lalu membentuk berbagai komunitas suku. Atau, tidak hanya sampai di situ, beberapa teori juga menyebutkan bahwa ada kemungkinan kalau Suku Karo dan Batak,yang berada di Sumatra Utara berasal dari tanah tinggi Gayo. Mungkin bisa saja tak benar. Tapi satu yang pasti, saya merasa begitu tenggelam dengan semua pikiran dan analisa analisa “konyol” yang bermain di kepala ini.

Bukan hanya kopinya yang mendunia, tapi juga teori sejarah dunia mulai berubah karena di Loyang Mendale ditemukan sesosok mayat yang dikubur pada masa Neolitik. Yaitu sebuah perkuburan dengan kaki berlipat ke belakang. Di masa ini pula sudah masuk era kapak batu, beliung persegi, dan perkakas lainnya yang terbuat dari batu. Dan… itu bisa kamu lihat langsung di Kota Takengon. (duuh..dah macam buka buku sejarah sma lagi euy)

Kini, berwisata ke Takengon, Aceh Tengah, tak lagi hanya menikmati keindahan danau Lut Tawar, tapi kamu bisa menikmati wisata arkeologi yang sangat langka ada di negeri ini. Sembari menyeruput nikmatnya kopi gayo, berselimut sejuknya udara Takengon, kamupun bisa menambah wawasan sejarahmu yang pada akhirnya akan membawamu menyadari satu hal. Pesona Indonesia itu memang luar biasa!




***Good To Know 

  • Loyang Mendale merupakan situs prasejarah yang terletak di Kebayakan, Takengon, Aceh Tengah. Situs ini berupa gua yang di dalamnya terdapat fosil manusia, tulang gajah, dan berbagai artefak. Loyang Mendale ini menjadi lokasi wisata edukasi bagi warga sekitar Takengon karena fosil ini merupakan sejarah dan cikal bakal peradaban Gayo.
  • Austro Melanesoid nenek moyang manusia Wajak (purba) yang tinggal di Barat Indonesia. Ciri fisik manusia ini ada campuran ciri Mongoloid, orang Mongol di Asia Timur. Perkampungan Austro Melanesoid dapat ditemukan di Sumatera Timur dan Utara dekat Medan, dekat dengan Langsa di Aceh serta di Perak, Kedah, dan Pahang, Malaysia.
  • Penemuan itu juga dianggap membuktikan manusia di Aceh dan Sumatera secara umum telah ada di muka bumi ini sejak 7.400 tahun lalu 
  • Kamu juga bisa ngecek informasi lainnya mengenai Pesona Takengon dengan menggunakan hastag #PesonaTakengon di IG, atau Di Twitter.