Sunset di Kepulauan Banyak (foto punya Om Cumi Lebay) |
“Hati-hati kalau ke Aceh, ada Syariat Islam loh..ntar di tangkap ama polisi syariat, bisa dicambuk dimuka umum loh!”
Saya tahu, sebagian besar kalian akan berpendapat demikian ketika ingin berangkat menuju Aceh untuk pertama kalinya. Stereotip Aceh sebagai kawasan Syariat Islam telah membuat sebuah mimpi buruk menjadi kenyataan. Islam yang keras, tak ada perjudian, tidak ada wanita tunasusila, tidak ada bioskop, tidak bisa dugem, atau hal-hal yang lainnya yang berkaitan dengan semua keinginan duniawi yang biasa tersaji ditempat wisata lainnya di Indonesia. Dan, justru karena hal itulah yang membuat Aceh itu unik, kawan!
Bayangkan! Bila kalian ke Aceh lalu kalian dikejar-kejar polisi syariat hanya karena kalian duduk “ngangkang” di motor. Atau, kalian dikejar polisi syariat karena duduk diwarung kopi sampai malam hari terutama kalian yang bergenre wanita atau yang berjiwa kewanitaan #eh?
Ditangkap, dikawin paksa di penghulu dengan mahar emas yang bermayam-mayam. Harus tutup aurat dan pakai jilbab, bahkan ketika mandi laut! Dan yang terburuk? Tentu saja kalian bisa dihukum cambuk dan tak boleh balik lagi ke kampung halaman! Bayangkan! Betapa Aceh itu mengerikan dengan semua peraturan yang ada.
Jujur, sebenarnya sejumlah pertanyaan yang paling buruk sering saya dapatkan dari sebagian besar teman atau tamu yang sedang berkunjung ke Aceh. mulai dari rasisnya orang Aceh, sampai kejamnya orang Aceh karena mereka gila perang. Well.. paling tidak mereka tidak salah. Karena sebagian besar media mainstream hari ini memang menceritakan demikian.
Yakin nggak mau kesini??? (kepulauan Banyak foto oleh Barry kusuma) |
Lalu, benarkah demikian? Separah itukah Aceh itu? Tidak bisa keluar malam, tidak boleh berdua-duaan, apa-apa harus berurusan dengan polisi syariat, cambuk dan sebagainya? Bagaimana kalau saya katakan bahwa ke Aceh, kalian tidak perlu pakai jilbab? Percaya tidak?
****
Salah satu program UNWTO ( World Tourism Organization) adalah mengkampayekan mengenai Respect Local Culture, dan Aceh, mempunyai kearifan local yang tetap harus dijunjung tinggi. Sama seperti Bali yang begitu menjaga adat-istiadatnya. Apakah di bali anda bisa berkeliaran dan menyalakan listrik ketika hari Nyepi? Tentu saja tidak bukan? Begitupun Aceh.
Aceh dikenal sebagai salah satu daerah dengan jumlah penduduk beragama muslim terbesar di Indonesia. Jadi, wajar saja bila akhirnya syariat islam merupakan salah satu Local Culture yang harus dijunjung. Berjilbab salah satunya. Aceh memang mewajibkan jilbab bagi wanita yang sudah dewasa (baligh) dan beragama ISLAM. Yups, hanya yang beragama islam saja. Yang non islam bagaimana? Ya silahkan anda berpakaian sebagaimana biasanya. Yang penting? Anda sopan kami segan. Bukannya anda panas kami terangsang ya? #hayyah.
Perihal duduk ngangkang? Dan harus pakai rok? Hmm.. ini hanya peraturan daerah tingkat dua, jadi bukan Aceh secara keseluruhan. Kabupaten dan kota di Aceh, telah mengadopsi system otonomi. Jadi, setiap daerah kabupaten/kota berhak mengatur daerahnya masing-masing sepanjang tidak bertentangan dengan UUD 45 negara republik Indonesia. (iya, kami masih bagian dari Indonesia, jadi ke Aceh tidak usah pake paspor kok hehe)
Aceh, tidaklah seseram yang kalian bayangkan. Pelaksanaan Syariat islam di Aceh sangat humanis, kecuali bagi mereka yang suka judi dan minum miras (khusus muslim) dan tidak seperti yang kalian dengar dari kabar burung yang tak jelas burung siapa itu. Di Aceh, kalian bisa berkeliaran sampai larut malam. Bagi wanita, asalkan ada yang menemani dan bukan untuk hal yang aneh-aneh, pun masih aman. Bioskop dan Diskotik memang nggak ada, tapi bukan berarti Aceh kekurangan tempat nongkrong yang asyik. Konser music, pameran, dan fashion show sering diadakan di Aceh. tentunya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
kak Gemala Hanafiah diving di perairan Pulau Weh (foto dari www.gemalahanafiah.wordpress.com) |
Polisi Syariah razia? Tenang, mereka itu cuma melakukan razia pada saat-saat tertentu. Dan bila kita tidak salah, kenapa mesti takut? Sama saja dengan pak Polisi, bila anda tidak melanggar mengapa mereka harus menangkap kita, bukan?
Jangan ragu untuk menikmati semua keindahan pantai-pantai di Aceh, apalagi bila kalian ingin surfing, diving, ataupun snorkeling. Karena penerapan jilbab tidak se-“kacau” yang anda kira. Seorang surfer wanita yang terkenal di Indonesia, Gemala Hanafiah, pernah surfing di pantai lhoknga tanpa pakai jilbab. Aman? Ya tentu sajalah aman! Atau lihatlah para bule yang bisa bersnorkeling ria di pantai Iboih, pulau Weh, dengan pakaian renangnya yang seksi tanpa jilbab. Aman? Yups, tentu saja. Kalau tidak aman, mana mau mereka balik lagi ke kampong saya ini, kan?
Kak Mala mau surfing di pantai Lhoknga Aceh Besar ( foto asli dari sini) |
Najwa Shihab ketika meliput Aceh (foto by : fetzer.org) |
Kami orang Aceh rasis dan kasar? Andaikata kalian mau membaca tulisan blog sederhana ini dengan sabar, saya pasti akan menjelaskannya panjang kali lebar mengenai hal ini. Tapi, itu sepertinya terkesan terlalu dipaksakan. Intinya, (saya copy paste saja tulisan bang Sayid Fadhil)
Kasar? Orang Aceh itu memang keras. Kadang candaannya juga keras. Tapi bukan berarti kasar tanpa tata krama. Bahkan di Aceh, tidak pernah terdengar kejadian ada pencopet dibakar hidup-hidup, atau dipukuli sampai cedera parah atau mati.
Kenyataannya orang Aceh sangat ramah kepada pengunjung. Bahkan dalam adat Aceh ada istilah pemulia jame, memuliakan tamu. Bila kita bertamu, dan menginap, jamuan makan untuk kita pastilah lebih dari pada kebiasaan makan sehari-hari. Bahkan dengan berat hati, terpaksa saya akui, kadang kala malah lebih memuliakan tamu dibanding keluarga sendiri hehehe
Nah, sampai disini dulu cerita saya mengenai Aceh, sebuah kampong di ujung barat Negara yang indah ini. Apakah kalian masih takut ke Aceh? atau masih bingung ke Aceh karena tak punya jilbab? Tenang, nanti kalau kalian (para wanita dan yang berjiwa wanita) ke Aceh dan tak punya kerudung atau jilbab, akan saya pinjami punya istri saya untuk kalian. Akan tetapi, bila tak mau, pun tak mengapa. Sepanjang anda berpakaian sopan, maka kami pun akan segan. Tapi bila anda berpakaian “panas” maka kami pun akan tergoda #makinkacau
Yakin tidak mau kesini??? |
Kesimpulannya? Saya kembalikan semuanya kepada anda semua. Saya tunggu kedatangan kalian semua di Aceh ya…
YR
Bna, 8/10/15
Comments
Jilbab itu aturan Islam, bukan Aceh.
ReplyDeleteBukan aturan bang bai, tapi syariat islam hehehe
DeleteYudi apanya bukan aturan ?? Jelas "SYARIAT ITU ARTINYA ATURAN SESUAI KETENTUAN ISLAM" -_- kamu jng memalukan diri sendiri
Deletehehehe slow bang Akmal :D
Deleteada baiknya dijelaskan secara mendetail bang. tak usah pake ngamuk2 macam tu hehe
yups saya setuju dengan pengertian itu walaupun itu sedikit masih kurang pengertiannya :D
Maaf bg yudi randa.. sebaiknya ab belajar lebih banyak lagi tentang syariat islam dan agama islam.. jangan sampai merancukan kata2 kepada org luar, sehingga mereka meremehkan syariat islam... tenang saja.. di Aceh banyak terdapat dayah atau pesantren dan zaujah yang dapat ab cari referensi sebenar ttg islam..
DeleteRancu ya?
DeleteYang mana?
Saya hanya bilang, masih kurang tuh pengertiannya. Coba dinbaca ulangnya terima kasih
jangan salah presepsi, jilbab itu pakaian tanpa putusan. seperti gamis. khimar / kerudung itu yang dikenakan dikepala.
Deletesilahkan terus membahasnya hehe
Deletesaya duduk saja
Aceh ada di list aku dari dulu untuk berlibur, Bang.
ReplyDeleteSayangnya belum kesampean aja nih hehe.
Justru aku lebih senang kota yang ada aturannya seperti Aceh ini, walaupun nggak menutup kemungkinan sebetulnya masih banyak celah oleh oknum tertentu ya.
Pokoknya someday, i'll be thereeee :D
Klo begitu, ayo ke aceh sekarang Anggi hehehe
DeleteKlo mau terbang murah via airasie aja ya. Saya tunggu loh #eh
Sangat ispiratif Bang Bro. Saya suka tulisan ini. Semoga pihak-pihak "perusak" nilai turisme Aceh mau memahami tulisan ini.
ReplyDeleteTerima kasih mut.. Bentar lg akan dimuat di phinemi gara gara makmur share di fb hihihi
DeleteAku sih nggak pake jilbab :p eh kalau pake celana pendek berarti nggak apa juga ya? Aku kalau jalan suka pakai celana pendek kemana mana XD
ReplyDeleteKlo pake celana pendek ntar nggak boleh masuk ke masjid raya banda aceh ,bang.. Walaupun sekedar moto tetep g boleh. So far pake celana pendek di banda aceh masih sedikit ditolerir bang. Jadi, kpn ke aceh? Hihihi
DeleteAh Aceh, kapan bisa ke sana ya?
ReplyDeleteSaya setuju kalau kearifan lokal Aceh yang berbentuk syariat Islam itu dijaga. Boleh dong orang Aceh menjunjung tinggi syariat Islam kalau memang dianggap sesuai dengan mereka
Daeng, Klo memang beneran pengen ke aceh, tinggal jual note 4 atau note 5 heheheh
DeleteItu fotoku pake kaca mata item dan kudungan, kenapa dipajang di sini? Bayar!
ReplyDeleteHe???
DeleteKaterina udah berubah?? Menjadi arabian woman???
No rekeningnya kak, saya transfer
Kata orang sih aku mirip Najwa Shihab *pasang kaca mata*
Deleteooh.. ok.. baiklah.. aku pakai teropong dulu
Deletetapi klo gaya "wawancara"mu sih aku percaya kalau kamu itu mirip dengannya :D
indah tulisanmu, mematahkan paradigma yang ada di masyarakat Indonesia mengenai Aceh :)
ReplyDeleteMakasih mbak..
Deletesaya harus mengakui, kalau selama ini aceh memang sedikit tertutup dari dunia luar, sehingga berbagai informasi berkembang tidak terkontrol. salah satunya perihal jilbab ini :)
Banyak hal baik dan positif dari Aceh yang harus disuarakan dan disebarkan kepada masyarakat luas. Sebelum ke Aceh, aku juga banyak dicibir tentang harus begini begitu. Tapi kupikir, di manapun itu, sikap sopan dan hormat pada penduduk setempat tetap harus jadi nomer satu. Aceh indah kok bagiku. Dan AMAN :)
ReplyDeleteYups bener banget mas Adie, karena pada akhirnya, budaya ketimuran itu jauh lebih berharga dimata orang banyak, daripada kita bersikap sok acuh tapi pada akhirnya kita sendiri yang menjadi tidak nyaman kan.
Deleteterima kasih sudah berkunjung ke Aceh mas adie
Hhaa..Dulu saya juge denger kalo ke Aceh harus pake hijab. Ternyata gak perlu asalkan sopan. Namun di Mesjid Baiturrahman tetap harus pake penutup kepala hehe
ReplyDeleteSemua masjid dan mushalla di aceh, semuanya berlaku hal yang sama Mbak. harus nutup aurat baik itu perempuan dan pria. sami aja :D
DeleteJilbab itu hanya berlaku bagi mereka yang beragama islam mbak. selebihnya? kami tidak mungkin memaksa yang non muslim untuk mengenakan jilbab bukan? :)
Pulau dan lautnya langsung menghipnotis saya, jadi pengen kesana terus nyobain diving.
ReplyDelete(Btw, aku juga di Aceh punya kerabat)
Naaah klo gitu Wida bisa menghemat cost tuh klo ke aceh.. manfaatin keluarga untuk bisa tidur dan jalan2 gratis hehehe
Deletewaduh, masa iya aceh sekasar itu .. tapi yaa balik lagi ke diri masing-masing :)
ReplyDeletebtw, itu pemandangannya indah mas, jadi pengen liburan kesana :)
yaa banyak yang bilang orang aceh itu kasar, padahal.... #ngibasponi
Deletentar klo liburan ke sini kabar2in :D
Bereh bereh . :D .
ReplyDeletemakasih beuh...
DeleteKadang orang udah negatif dulu denger kata syariat ya bang yg dipikir cambuk2nya aja padahal sisi positif ga kalah banyak.
ReplyDeleteInsyaallah di dalam bukuku nanti ada 1 bagian khusus yg membbahas ini..tujuanku juga supaya orang2 tahu bahwa ayariat islam itu ga main paksa dan selama kita menyesuaikana diri dgn budaya setempat libutan si Aceh ga kalah seru sama liburan di Bali..malah lebih seru :)
naaaah yudi nunggu buku kakak!!
Deletenggak bisa disalahkan juga sih kak, sekarang islam phobia itu semakin luas dan ditambah ada beberapa oknum yang melakukan demikian akhirnya islam terlihat menyeramkan
akkk semogah ada rejekiny bisa ke aceh aamiin....
ReplyDeletevia KL aja mbak wi lebih murah hehehe
DeleteKebetulan taun depan saya mau ke Pulau Weh.. Jadi kalo wanita Islam wajib pake jilbab? Jilbab memang diwajibkan, tetapi di daerah lain msh ada yang belum pake jilbab seperti saya.
ReplyDeleteUntuk aturan naik motor gak boleh ngangkang, kalo wanita yang bawa motor boleh? Semisal sendiri atau dibonceng oleh sesama wanita?
Berpaikanlah yg sopan kaka. Klo bisa pake kerudung atau selendang tentu Lebih baik.
DeleteBoleh boncengan n membawa motor tidak ada masalah. Kl masih ragu, japri saya saya by email jga boleh klo mau kesabang
Aceh kebagian kabut asap nggak?
ReplyDeleteAda, lumayan bikin sesak nafas
DeleteTernyata Aceh tak seseram yang ditulis di koran ya. Memang pintu wisata mesti dibuka selebar-lebarnya aga segala imaji yang keras selama ini perlahan terhapus. Ya wisatawan juga mestimenghormati adat istiadat Aceh :)
ReplyDeleteYa begitulah Mbak, media sudah terlalu sering membuat kami disini gelisah dan galau tak menentu Mbak.
DeleteDan Yudi rasa, diimanapun kita berada kita wajib menjga adat istiadat setempat kan mbak? misalnya di badui dalam yang tak boleh bawa Hp ya kita tidak bawa hape kan? :)
terhibur baca komentar-komentarnya :)
ReplyDeleteYudi juga terhibur dengan kehadiran kk disini :D
DeleteSebenernya aku ngerasa agak ambigu sama aturan jilbab itu Bang Yud. Iya sih emang bener wanita di Aceh hampir semuanya berjilbab. Tapi yang aku herannya itu kok masih pada seneng pakai kaos lengan pendek ya? Hahaha. :D
ReplyDeleteAneh aja, jilbaban tapi kok pakai kaos lengan pendek. Apa nggak pernah ditegur polisi Syariat atau gimana itu Bang Yud?
wkwkwkw udah nikmati aja.. toh udah pernah ke aceh kan Mas? :D
Deletehmm klo ada razia tentu saja mereka kena, pria yang bercelana diatas lutut juga sama. yang berboncengan dengan non muhrim dengan gaya duduk yang ehem2 juga akan ditehur.. klo ada razia loh ya? :D
Alhamdulillah 3 - 5 Oktober 2015 berkesempatan ke banda aceh ada even kantor mengunjungi tempat2 tsunami dan pantai lampuuk ... belum begitu puas siy krn urusan kerjaan ...next kesempatan mau ke sabang :)
ReplyDeletewaaah alhamdulillah ya..
ReplyDeleteikutan senang akhirnya mbak bisa ke aceh juga.
sipp.. saya tungguin trip selanjutnya ya. Saran saya, ada baiknya ambil cuti 4 hari ya mbak. biar puas dengan sabangnya :)
Hahaha, quote yang terakhir sukses bikin ngakak
ReplyDeleteAku tetep aja nyimpen Aceh sebagai destinasi impian, nanti aku dimuliakan layaknya tamu ya :D
Eh ada kaka.. Makasih kak sulis udah mampir disini.
DeleteSiaaaaapp.. Mau makan gulai pliek u??
Saya sangat menghargai tulisanmu ini. Kamu berani untuk 'speak up' dan ini adalah salah satu contoh untuk lebih mengenalkan Aceh kepada semua orang terutama bagi masyarakat Indonesia saja dulu. Sungguh saya sangat terkesan dengan perjalanan saya di Aceh. Aceh benar-benar menakjubkan tidak seperti yang saya pikirkan sebelumnya. Thank you and thank you Aceh. Salam petualang!
ReplyDeletemembaca komentar kak Fiona, saya jadi speechless :)
Deletetapi bukankah itulah kenyataannya kan kak? dan saya senang dengan cerita kakak tentang aceh. terima kasih sudah mau bertemu dengan saya kak dan aceh. Salam petualang.. kak Fiona emang kereeeen :)
jadi pengen ke Aceh :) itu gambar terakhir yg ada perahu dan laut birunya di sertai caption "Yakin tidak mau kesini" aaah abang, yaa mau laah kesana hehehe
ReplyDeletejadi kak Syifna kapan mau kemari? hihihi
DeleteYa ampun Aceh, ini destinasi yang aku idamkan dari kecil kaaaak.
ReplyDeleteSemoga bisa langsung terbang ke Aceh kelar skripsi nantiii dan bisa ketemu blogger - blogger Aceh :).
Oh Ya?? Wow!1 hayo hayo selesaikan skripsinya. terus kita jelajahin aceh :)
Deletesampai ketemu di banda aceh ya kak Astari ;)
wah terakhir sy ke pulau mursala sibolga, ternyata udah dkt ke singkil ya, tau gitu lanjut ke singkil krn byk pulau keren. planning thn ini sih klo bisa ke pulau weh dan banda aceh mudah2an bisa terwujud. mungkin 2 atau 3 tahun lg mau ke tapak tuan dan singkil. mudah2an bisa terwujud smua.. amin....
ReplyDeleteAmien.. mudah2an bisa terwujud ya Bang Tedi
DeleteTanya dong,
ReplyDeleteKalau lari pagi di Aceh untuk perempuan non-muslim, bagaimana baiknya?
Apakah bisa dilakukan seperti pelarian biasanya?
Terima kasih
Pertanyaan kak Veronika menarik :)
Deletetapi biasanya perempuan non muslim yang lari pagi di seputaran lapangan atau di jalan2 protokol tetap tidak menggunakan jilbab. hanya pakaian sopan saja. boleh celana 3/4 kok kak :)
Setidaknya, saya memiliki teman meskipun baru sebatas di dunia maya, yaitu Mas Yudi, untuk bisa saya datangi bersilaturahim, sharing-sharing, doakan ya Mas hehehe
ReplyDeletealhamdulillah.. dan saya masih seorang yang tidak wajib pake jilbab di aceh bang hehehe
Deletesaya doakan semoga bisa ke aceh tahun depan
Setuju, kalau lain ladang lain ilallang.. Harusnya sebagai wisatawan kita menghormati kelokalan yang dimiliki dalam berbagai aspek.. masuk ke kuil di Bali aja kudu pake sarung..
ReplyDeleteYups benar sekali bang agun.. Tp terkadang kota malah lupa utk saling menghargai ya?
DeleteThanks infonya, ajak teman ke aceh tp ditolak trus, alasannya ke aceh perlu jilbab gak boleh pakey jeans lol, sekarang ini buktinya.. Makasih....
ReplyDeletesemoga jadi referensi ya mbak Lady :D
DeleteMas yudi randa saya baca artikel and a maaf Dan jujur saya sedikit takut kesana tapi suami saya orang Denmark sangat penasaran dengan aceh.saya may mengunjungi 0 kilometer.bagaimana untuk berpakaian disana? Maaf saya khawatir disana nanti gimana. Terimakasih infonya
ReplyDeleteSalam kenal Mbak Ghea,
Deletekhawatir dalam hal apa ni? pakaian? sepanjang mbak berpakaian sopan (tanpa jilbab) tidak akan menjadi masalah kok Mbak.
utk suami mbak yang "bule" juga berlaku hal yang sama. Bila ke pantai tidak memakai pakaian "two piece" dan bikini. semuanya Aman kok mbak
bila masih ragu. bisa menghubungi saya via email. terima kasih
Saya baca tulisan sdr. Yudi sangat sejuk. Bener juga ga ada org di hakimi sampe di potong krn mencuri. Betul2 membuka mata saya. Bahkan di jawa bus nabrak org tanpa sengaja aja bisa di bakar? Mau tanya, kl di aceh apakah cm berpakaian singlet aja bisa kena razia? Buat cowok yah. Trus kl saya kesana hari minggu apakah ada Gereja protestan di Aceh? Oiya apakah sebagian besar warga aceh se sejuk sdr Yudi seperti ini? Boleh minta no Tlp buat tanya2?
ReplyDeleteSalam kenal bang Pungky,
DeleteAbang terlalu memuji, sebenarnya saya seperti orang aceh kebanyakan. tidak ada yang berbeda.
Kalo berpakaian singlet terus keliling2 kota, sepertinya akan terlihat aneh, belum lagi di aceh terlalu panas hehe
tapi kalau di pantai, ya silahkan saja.
Nah, di aceh ada gereja kok. Jumlahnya ada sekitar 123 Gereja.
klo di banda Aceh dan sabang sendiri juga ada. Untuk protestan juga ada kok. bebas melaksanakan ibadah sesuai agama masing2 kok Mas :)
saya bisa dihubungi via Email : yudi.randa@gmail.com
Saya dari Bali. Saya ingin sekali ke Aceh. Saya tidak ada kekhawatiran apapun atau pemikiran aneh tentang Aceh. Karena saya percaya, orang INDONESIA yang baik, dengan toleransi yang tinggi akan ada banyak sekali disana seperti di daerah2 lain di Nusantara tercinta :) intinya bepergian kemanapun, qta mesti menerapkan kata-kata ini : Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung. Sebagai traveller, sudah seharusnya kita menebarkan pesan perdamaian. Bahwa kita satu nusa, satu bangsa..tanpa pandang suku, agama atau apapun lainnya. Jaya selalu INDONESIA
ReplyDeletesemoga kesampaian di aceh dan silahkan menilai sendiri :)
Deletemas, mau nanya... sy kan non muslim, dr namanya aja udh terbukti. hehehe...
ReplyDeletesy biasanya suka traveling ke wilayah Indonesia dan suka nginep... biasanya sih berhari². tp, untuk ke daerah aceh, sy gk pernah. sy takutnya klw menjalankan ibadah sbg Kristen... sy gemetaran😂😂😂
soalnya, bukannya banyak kasus pembakaran gereja di sana ya? dan sy dgn mereka yg Islam sgn memusuhi kebiasaan di luar non muslim (dalam hal liturgi)
tolong di klasifikasi, terimakasih
hihihihi, jujur, saya sendiri bingung menanggapi pertanyaan semacam ini. dan sudah banyak sekali yang bertanya demikian. akan tetapi, mungkin mas rafael bisa melihat beberpa komentar yang masuk di tulisan ini. dan ada sebagian dari yang komentardi sini adalah Non Muslim. :)
DeleteWahhh bang, baru baca artikel ini, nice !!! Jadi ingat pas pertama kali mau ke Banda Aceh dan Pulau Weh, banyak yang wanti-wanti untuk hati-hati, terutama karena saya seorang katolik, wanita pula. Waktu itu saya pergi berdua dengan sahabat saya yang wanita pula. Tapi dengan berbekal doa dan keyakinan bahwa orang Aceh adalah saudara sebangsa yang pasti ramah, kami tetap ke sana, daaaannn AMAN !!! Ga pernah mengalami gangguan sedikitpun. Intinya, asalkan kita menghormati budaya setempat (dan itu harus dilakukan di manapun), maka penduduk pun akan segan terhadap pengunjung. Penduduk Aceh ramah bgt, apalagi di Pulau Weh, sangat ramah terhadap wisatawan. Dan setiap saya memuji keramahan mereka, mereka selalu berkata bahwa prinsip rakyat Aceh adalah pemulia jame (memuliakan tamu). Selama saya berada di Banda Aceh, saya memang memakai celana panjang casual & kaos casual elngan panjang, plus pashmina. Selama di Pulau Weh, kalau lagi di pantai menggunakan celana pendek, begitu kembali dari pantai dan memasuki area pemukiman ataupun daerah ramai penduduk, kembali lagi ke kostum celana panjang dan kaos. Asalkan sopan & menjunjung tinggi budaya okal.
ReplyDeleteBener banget kak! asalkan kita menghargai budaya lokal, insya Allah aman :)
Deleteselamat! sudah jalan2 ke Aceh
Kak, kalau saya non muslim pengen kuliah dsna apakah harus pakai jilbab?
ReplyDeletetidak perlu kak, ada rame anak jurusan kedokteran yang non muslim.. begitupun di ekonomi
DeleteSunset nya indah, gak kalah sama pantai populer lainnya
ReplyDeleteHai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉