Males ah ke Aceh, nggak ada bioskop. Nggak bisa bebas pake baju apa
aja. Peraturan daerahnya saklek. Suka mati lampu, susah nyari angkutan umum.
Jaringan selular tidak semuanya nyala. Mall masih se-alakadarnya.
Tidak ada dunia “malam”. Apa-apa syariat, apa-apa tidak bebas.
Lalu untuk apa ke Aceh bila tidak
bisa seru-seruan layaknya di tempat lain atau di kota besar lainnya. Bukankah
berliburan atau berwisata itu butuh kesenangan?
Tidak, itu sama sekali tidak
salah. Apa yang kalian rasakan tentang Aceh, benar. Di Aceh memang tidak sama
seperti tempat lainnya di Negara Indonesia ini. Perihal jilbab saja, sampai
hari ini saya harus menjelaskan panjang lebar. Belum lagi perihal penerapan
hukum yang sebagian berlandaskan syariat Islam.
Dan, disinilah letak kesalahan
para pendatang atau wisatawan ke Aceh. Mereka mengharapkan “Eropa” atau “Bali”
di Aceh. Ini sama seperti anda ke papua, lalu anda berharap mendapatkan pizza
asli Italia yang lezat tersaji di atas meja makan. Begitupun bila anda ke Aceh.
Jangan berharap Aceh akan memberikan pelayanan setingkat Bali atau Bandung.
Aceh masih jauh dari itu semua. Akan tetapi, berharaplah sesuatu yang tak
pernah anda temukan dari daerah lain.
Baca juga : Ke Aceh Tidak Perlu Pakai Jilbab!
Berlibur ke Aceh, memang tidak
akan memberikan apa yang anda inginkan. Melainkan apa yang Aceh punya.
Masyarakat yang masih ramah dan ringan membantu sesama. Makanan yang masih
alami, jauh dari hal-hal yang mengerikan.
danau laut tawar, aceh tengah |
Nuansa alam yang teduh, serta
adat dan budaya yang membuat kalian bisa betah duduk berlama-lama di sudut
desa. Atau, bila anda menginginkan hal yang “ekstreme”, sekali waktu, ikutlah menyaksikan
orang di cambuk karena mesum atau mabuk. Antara ngenes sama exciting. Bercampur menjadi satu. Rasanya? Seru!
Di Aceh, kalian akan menikmati hidup bak petualang sejati.
Mengukir nasib sendiri diatas tangan dan kaki sendiri. Menghilang dari lorong
kesibukan dunia untuk bisa menikmati dunia dengan diri sendiri. Di sini, masih
banyak laut yang belum didatangi orang ramai. Untuk mencapainya, dibutuhkan
tenaga dan keberanian yang besar.
Kenapa? Pertama, tempatnya masih tersembunyi dan sangat
sulit di akses. Kedua, bisa dipastikan jarak tempuhnya tidak sebentar.
Otomatis, kita butuh tenaga yang besar. Belum lagi dengan hewan liar. Yups,
beberapa tempat di Aceh masih sedikit “wild”. Jadi, sesekali ketemu hewan liar
sebangsa babi, gajah, dan ular adalah hal yang lumrah.
Bila ke Aceh, jangan cari kebab, tapi carilah kue leumpeng.
Penganan khas dari Aceh besar ini punya rasa manis nan unik. Terbalut rapi
dengan daun pisang dan dibakar di atas bara. Jangan cari spaghetti di Aceh.
Tapi carilah kelezatan mie tumis Aceh yang terkenal seantero dunia. Dan,
bayangkan betapa makyusnya kepiting payau berbalut dengan pedasnya mie Aceh.
Sluurp.. intinya, kuliner di Aceh juga “gila”. Tergantung seberapa kuat anda
menahan hawa nafsu untuk mematahkan ketatnya program diet.
Walaupun media nasional dan international mengatakan kalau
Aceh itu tidak aman bagi pendatang. Walaupun di mana-mana diperlihatkan kalau
Aceh selalu ribut dengan sesamanya. Tapi tahukah kamu? Aceh salah satu kota
yang aman di Indonesia. Jalan-jalan ke pasar anda tidak perlu mengenggam tas
seperti anda berjalan di tanah abang atau pasar minggu, Jakarta.
postingan di facebook saya, tentang kamera saya yang hilang |
Saya, pernah
tertinggal kamera di sebuah warung kopi yang baru pertama kali itu saya kunjungi di kota Banda Aceh.
Dan saya baru “ngeh” kalau kamera saya hilang seminggu kemudian. Yups Seminggu!
Dan kamera itu masih selamat! Ini belum lagi cerita ketika hampir saban hari
saya ketinggalan kunci motor di motor butut saya yang terparkir sempurna di
jalanan ibukota. (apalagi kalau di sabang, hampir semua orang tak peduli dengan
hal ini)
Ya begitulah adanya Aceh. Tidak ada yang “mudah” di Aceh.
Berkeliling kota harus menyewa kenderaan. Akan tetapi, itulah sensasi
petualangan.
Mau enak? Jangan ke Aceh. Karena ke Aceh itu, enak banget!
Selamat Berpetualang Di Provinsi Paling Barat Indonesia!
danau aneuk laot, pulau Weh, Sabang, Aceh |
sesekali, saya numpang narsis di blog sendiri :D |
Comments
Yeay, pertama. Betul bg yudi, kalo mau nyamain aceh sama daerah lain ya jangan ke aceh.
ReplyDeletehayyaaah udah kayak jaman multiply euh.. ngejar pertamax :))
DeleteAceh itu istimewa ya mas, mudah-mudahan bisa kesana :-)
ReplyDeleteamien.. saya akan gelar karpet mas :D
DeleteLain ladang lain belalang lain lubuk lain juga ikannya itulah ga boleh pukul rata ya bang justru perbedaan hqrus dinikmati. Seperti aku menikmati seafood segar sepuasnya klo pas pulang kampung
ReplyDeleteyups benar sekali kak!
Deletesetiap tempat punya nilainya sendiri2 :)
Cendol....eh salah bukan ya hahaha
ReplyDeleteketahuan umur ya bang.. masih main cendol :D
DeleteSuka opini ini ^^
ReplyDeleteterima kasih kaka :)
DeleteJustru tempat seperti ini yang aku cari Bang Yud. Semakin jauh dari gemerlap kehidupan kota besar itu yang buatku malah semakin menarik, hahaha. :D
ReplyDeleteTapi terus terang, aku itu lebih tertarik dengan kehidupan di desa-desa atau di kota kecil. Di sana banyak hal yang menarik untuk diamati dan bisa menjadi dasar untuk memahami perangai yang muncul di kota besar.
Misalnya saja, di Banda Aceh peraturan syariatnya ketat, apakah di desa yang ada di pelosok juga demikian? Seperti apa bentuk hiburan di desa? Apakah bentuk hiburan tsb juga menjadi budaya warga kota?
Buatku Aceh sudah punya ciri khas yang membedakannya dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Nah, dari ciri khasnya ini bisa dicari bagaimana cara untuk menikmatinya supaya terasa "enak", wekekekeke. :D
walaaah.. dikau ini memang "aneh" hahaha
Deletenah menariknya adalah di pulau aceh, masyarakat di sana menciptakan hiburan sendiri untuk mereka membunuh sepi :D
Aku tetep mau ke aceh lho
ReplyDeleteAlhamdulillah kalo aceh aman yaa, kalo gw keilamgan camera pasti stresss, gila seminggu ngk sadae tp tetep ketemu
hehehe iya bang.. tyapi klo kameramu yang ketinggalan biar aku aja yang ambil.. terus tak simpanin di rumahku hehehe
DeleteAlhamdulillah, walau suka nongkrong di wrkop tapi nggak ada yang jahil, ke pasar juga gitu, intinya sebagai cewek sejaun ini aman dan nyaman tinggal di Aceh ini
ReplyDeletenaaah ini sebuah pengakuan yang luar biasa! terima kasih kak Ihan
DeleteAceh itu indah, rapi dan keren kok..
ReplyDeleteSaya cuma disuruh pake rok pas mau ambil gambar di atas menara mesjid..
sisanya, tetap pake celana jeans kebangsaan
hehehe..
waaah terima kasih mbak Endah.. atas advicenya.. jadi aceh tetap rekomended ya mbak?
Deletememang berehhhh bg yudi....
ReplyDeletewwkwkwk ini hanya tulisan iseng Wi :D
DeleteKeren bang Yudi.
ReplyDeleteAceh itu memang unik. Ngeri-ngeri sedap kata media.
Ngeri karena asumsi dan opini.
Namun, sekali datang langsung jatuh hati dan selalu ingin kembali (ke Aceh).
aiiih saya tersanjung dipuji sama ayu.. makasih ya.. :)
Deletemau komen lagi aah, liza mau nulis juga tentang ini :)
ReplyDeletehabeeeh leuh backlink :D
DeleteSumpah, photo terakhir itu jadul bangeed. Bikin nyesek saya liatnya kwkwkw
ReplyDeletekenapa?? nyesel ya nggak bisa bergaya kek gitu :p
DeleteAceh emang keren abiz
ReplyDeleteHai... Terima Kasih sudah membaca blog ini. Yuks ikut berkontribusi dengan meninggalkan komentar di sini 😉