Anak-anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama berpakaian pramuka duduk berjejer diatas tikar plastik. Mereka duduk dengan kaki terlipat ke belakang. Tangannya bersedekap. Perlahan mereka merapatkan bahu. Sesuara air sungai yang berasal dari gunung Leuser menjadi musik latar berpadu dengan cuitan burung-burung fly kacer yang hinggap di dahan pokok kopi arabika.

Tak lama, seorang anak yang menjadi pengangkat mulai berguman, suaranya merdu namun tetap “laki”. Beberapa saat kemudian, puji-pujian mengalir dari seluruh mulut para siswa tersebut. Dengan berpakaian pramuka, ditempat yang teduh dan seadanya, ditengah suasana sejuk nan syahdu, mereka menarikan tarian kolosal kebanggaan orang Gayo, Tari Saman!
Add caption

Ini, adalah kali kesekian saya menyaksikan masyarakat kabupaten Gayo Lues, Aceh-Indonesia menarikan tari yang telah menjadi warisan dunia. Sejak dijadikan sebagai warisan dunia tak benda oleh UNESCO pada 24 November 2011, Tari Saman meraih popularitas yang baik di seluruh penjuru negeri. Berawal dari Gayo, Aceh, Saman mulai digemari dan digeluti secara meluas tidak hanya di Indonesia namun juga dunia. 

Saman, sebuah tarian model duduk asli dari masyarakat Gayo Lues ini, sedikit berbeda dengan tarian lainnya. Saya pernah menyaksikan sendiri, bagaimana anak-anak duduk dalam lautan manusia yang berpakaian hitam berbintik oranye. Lalu tak jauh dari mereka ada deretan bapak-bapak tua berambut putih pun dalam pakaian yang sama. Sesaat kemudian, mereka melakukan gerakan gelombang, tepuk dada, memainkan pergelangan mereka, apik sekali! Inilah kali pertama saya menyaksikan perhelatan Tari Saman terbesar di dunia. Jumlah penarinya kala itu adalah 12.277 Penari yang semuanya adalah PRIA!

Tari Saman 10.001 Penari tahun 2017 lalu
Kala itu, seorang punggawa tari saman berdiri di atas panggung. Di tengah Lapangan Seribu Bukit, di pagi yang mulai menyala, lalu dengan sebuah microphone ditangannya, ia berseru lantang!

“Jangan tertawakan budaya (tari saman) sendiri, karena budaya itu datangnya dari hati orang-orang Gayo!!”
quote by pak Bungkes

Seketika diorama manusia yang hadir duduk terdiam, bulir-bulir air dari sudut mata mulai mengalir. Bulu kuduk ini berdiri, saya seketika itu berhasil menyatu dengan ribuan anak adam yang duduk berjajar di tanah lapang. Begitu spektakuler, begitu luar biasa, begitu magis, begitu syahdu. 

Tari Saman 10.001 Penari tahun 2017 lalu
Hari itu saya sadar, penetapan Tari Saman sebagai Warisan Dunia Non Benda oleh UNESCO bukanlah tanpa sebab. Tarian ini begitu mengakar dalam diri orang Gayo. Bila kamu berkesempatan datang ke kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh-Indonesia, cobalah kamu temui anak-anak kecil, lalu mintalah mereka menarikan Saman. Niscaya sambil tersipu malu, mereka akan merapatkan barisan dan mulailah langgam-langgam Saman terucap dari bibir kecil mereka.

Begitulah, Saman bagi masyarakat bersuku Gayo ini bukan hanya sekedar budaya, namun sebuah jati diri yang tak boleh dimakan masa. Turun-temurun mereka menjaganya, merawatnya, lalu melestarikannya tanpa henti. Dari mulai kakek sampai ke cucu. Dari mulai yang tua sampai muda. Mulai dari yang sehat sampai yang (maaf) disabilitas. Semua, semuanya, ikut menarikan Saman setiap kali mereka diberikan kesempatan. 

Tari Saman 10.001 Penari tahun 2017 lalu
Ada banyak versi yang menceritakan asal-muasal tari Saman, dan saya tak ingin membahas satupun perihal itu. Terlalu banyak versi, terlalu banyak klaim. Biarlah Saman itu seperti hari ini. Ditarikan oleh banyak pemuda. Malang melintang penjuru bumi untuk menarikan tarian kebanggaan mereka. 

Yuks baca lagi tentang Salah Kaprah Tari Saman 

Di Gayo sendiri, jika kamu ingin menyaksikan perhelatan Saman ini, kamu bisa datang ketika musim panen raya tiba. Biasanya, acara “Besaman” akan digelar dari satu kampung ke satu kampungnya lagi. Acara itu bisa terlaksana sampai semalam suntuk. Lengkap dengan tarian pengiring wanita yang bernama tari Bines.

Penari Bines pada Acara Saman 10.001
Menariknya, dalam acara Besaman inilah masyarakat Gayo Lues menjalin silahturahmi yang erat. Bahkan ada yang sampai menjalin hubungan pernikahan dari Tari Saman. Percaya atau tidak, itulah pada kenyataannya. 

Kawan, inilah Saman, dari generasi ke generasi. Ini, bukan tentang pencatatan dan penghargaan, ini adalah tentang pelestarian nilai-nilai budaya!

Tari Saman 10.001 Penari tahun 2017 lalu

Penari Saman Massal 10.001

Para pengarah Tari Saman pada acara Saman 10.001 tahun 2017