Pantat ini, kebas. Tak ada rasa lagi. Mata berkunang-kunang. Jemari ini, mulai lincah meraba koyok di dalam tas pinggang yang lusuh. Lengkap sudah, pantat mati rasa, kepala cenat-cenut, tubuh berkeringat, mata kunang-kunang. Tapi semua ini, begitu menggairahkan! Rasa ini, seolah ingin melesak keluar dari dalam dada.

Rasanya, pasti kecewa. Tatkala sudah berada dalam kawasan sekitar danau, malah tak menikmati atau bahkan tak bisa mengunjunginya dari jarak dekat. Apalagi, jika sampai tak bisa berlayar diatasnya. Saya, Rino, Madi, Joemput, dan Inonk, sempat meragu. Duduk tak semangat. Melihat rundown kegiatan, dan jadwal yang kami punya, semuanya terkesan tak mendukung. Sampai akhirnya, bang Yopie, yang bertindak sebagai team leader, mengangguk setuju. “cari Speedboat kita!”

Festival Danau Sentarum
Penambang, Bang Yopi, Dwi Rino, dan Yunaidi
Iringan dua speedboat berbahan metal, dengan mesin tempel Yamaha 20 Pk, memecah keheningan di siang bolong di hulu sungai Kapuas. Tepatnya, pukul 10.00 waktu Indonesia bagian barat. Dan, di sini sudah siang! Warna sungai coklat kemerahan tampak begitu kontras dengan bagian pinggir sungai. Sebagian rumah warga yang dibangun di pinggir sungai menyajikan pemandangan yang menakjubkan. Bangunan kayu, bertiang besar, begitu kokoh. Sebagiannya lagi, rumah berbahan beton tampak di sisi lainnya. Berwarna warni, mengisi setiap sudut kosong di hulu sungai Kapuas.

Beberapa penduduk memulai ritual mandi hariannya. Pria, wanita, dan anak-anak, bercampur baur dalam baluran  air sungai yang tak sedap warnanya. Dengan berbekal kain batik panjang, mengikatnya di bagian dada, para wanita muda juga tak kalah riuh. “bang, fotokanlah kami bang!” lalu, dengan sedikit mengejar laju speedboat, klik. Dan, senyum pun merekah dari muka khas dayak Iban mereka.

Festival Danau Sentarum
. ah, nikmati saja.. foto by Dwi Rino (http://akunrino.id/)
Tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak saya, jika hulu sungai Kapuas dan pintu masuk danau Sentarum akan seramai ini. Boat-boat berjejer menunggu penumpang dan pengunjung yang akan ke danau. Berbagai macam model. Mulai dari yang berkapasitas empat orang, enam, sampai belasan penumpang. Mulai dari boat pengangkut sembako ke pulau Tekenang, sampai boat besar yang berisikan drum-drum Bahan Bakar Minyak. Semuanya, akan dikirimkan ke masyarakat yang berada di pulau-pulau dalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum.

Jalur yang tadinya sedikit sesak dan ramai, kini berubah menjadi bentangan air bak lautan. Luas tak terkira. Rasa damai, berduyun-duyun merasuk ke jiwa, bersamaan dengan angin dingin dari gunung. Beberapa tumbuhan menjulur di atas permukaan. Menciptakan labirin yang seru untuk disusuri.  Kiri-kanan, gunung-gunung berdiri gagah, hutan-hutan tropis dan tipikal tumbuhan air memagari punggung bukit. Laju speedboat semakin menggila! Seolah mengejar ikan tangkapan yang hendak lari, para penambang yang membawa saya dan tim, seperti kesetanan. Tancap Gas!

Festival Danau Sentarum
just you imagine, how's my ass was..
Dasar penambang tak tahu diri! Bukannya pelan-pelan, malah melaju tanpa henti. Riak air yang menghantam buritan speedboat, membuat saya harus terpental berkali-kali. Bak goni sembako. Genggaman semakin erat ketika bang Toni, penambang speedboat yang saya tunggangi, jemarinya memutar tuas gas mesin 20pk itu. Alih-alih merasakan semilir angin yang meniupi permukaan danau, yang didapat bak tamparan demi tamparan. Dan bang Toni, tak mau tahu.

Penambang, adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat sekitar danau Sentarum untuk mereka yang berprofesi sebagai pengemudi speedboat. Biasanya, mereka, jika tak membawa tamu, akan mengantarkan pesanan sembako untuk masyarakat di pulau Tekenang atau pulau lainnya yang masih berada dalam kawasan danau.

Festival Danau Sentarum
our Mr Toni
“Alhamdulillah bang, kalau dulu kerjaan saya tak jelas, sekarang saya bisa menghidupi keluarga dari kegiatan menambang ini” ungkap bang Toni, pria yang lahir di Desa Lanjak ini,  telah lima tahun menjalani profesi sebagai penambang di danau Sentarum. Ia mengaku, jika event-event yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Kapuas Hulu ataupun pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, seperti Festival Danau Sentarum 2018 ini, berhasil meningkatkan jumlah kunjungan ke daerah yang berada di ujung Utara Kalimantan ini.

Tak ramai memang, tapi efeknya cukup memberi arti. Bang Toni, yang dahulunya merupakan seorang pelaku illegal logging dalam kawasan taman Nasional. Kini, ia mampu mengubah nasibnya. Dari merusak, menjadi salah satu yang peduli lingkungan di kawasan dalam Danau.

“bang, kalau pohon-pohon tua itu kita tebang sembarangan, air danau akan menyusut. Lama-lama kan, kering dia. Kami, kek mana?” mentari siang semakin tak tahu diri. Patut disyukuri memang, mengingat hari sebelumnya, cuaca mendung. Bang Toni, menarik rokoknya dalam-dalam. Melepaskan penat dengan memandang para pengunjung yang berkumpul di puncak pulau Sepandan. Di pulau ini, tengah berlangsung lomba perahu tradisional.

Festival Danau Sentarum
lomba balap perahu tradisional
Mungkin, banyak yang belum tahu, jika Taman Nasional Danau Sentarum yang terletak di kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat ini, adalah  kawasan konservasi yang sekaligus merupakan sebuah kawasan ekosistem  yang unik. Danau ini juga salah satu perwakilan daerah hamparan banjir (floodplain) tersisa terluas di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.

Danau yang dikelilingi oleh Pegunungan Muller di sebelah timur, Dataran Tinggi Madi di sebelah selatan dan Pegunungan Kalingkang di sebelah barat. Memiliki luas total kira-kira 6500 m2. Menariknya, hamparan danau ini, akan bisa dijelajahi dengan menggunakan sepeda motor kala musim kering. Biasanya, sekitar bulan Juli sampai September, kamu bisa memacu motormu di dasar danau. Dan bulan-bulan selanjutnya, dia akan tergenang lalu, woyla! Jadilah danau yang penuh daya pikat ini. itulah, mengapa ia disebut wetlands.

Festival Danau Sentarum
kapal pengangkut BBM ke kawasan Danau Sentarum
“bang Yudi, dari aceh kan? Belum pernah ke pulau melayu kan? Di sini kita sudah selesai, saatnya ke pulau Melayu. Nggak jauh bang, Cuma 10 menit dari pulau Sepandan” ajakan bang Toni membuyarkan padangan kosong saya, betapa bahagianya bila saya bisa memacu motor di dasar danau Sentarum ini.

Antara senang, dan miris. Saya mengernyitkan jidat. Memandangi speedboat yang seolah tersenyum. Oh tidak, pantat ini akan jadi korban lagi. Karena bang Toni, pasti akan melecut kuda tunggangannya agar melesat tak ragu. Hiks..pantatku, kawan...

Festival Danau Sentarum
Foto by Bang Inong sapta 
Good To knows :
Untuk menikmati kawasan danau Sentarum, kamu dapat menyewa boat di desa Lanjak. Carilah penambang (pawang boat) resmi. Mereka kini, sudah ada perkumpulan dan memiliki tarif resmi. Tergantung tempat dan tujuanmu.

Atau, kamu dapat menghubungi bang Toni, 085348159356. Adapun tarif sewa speedboat menjelajahi dua pulau terdekat, Pulau Sepandan dan pulau Melayu adalah sebesar Rp. 300.000.

Kamu juga bisa menggunakan boat kayu besar yang telah disediakan oleh pemerintah dengan tarif tiket perorangnya Rp. 5000,- boat ini berlayar seminggu dua kali dengan lama waktu atraksi adalah kurang lebih selama 2 jam.

Danau ini, merupakan habitat asli dari ikan Arwana Merah. 


Karena sifat uniknya, sudah sejak tahun 1999, kawasan Danau Sentarum ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional dengan luas lebih kurang 132.000 ha.


Festival Danau Sentarum