“Adek-adek, kalau abang-abang yang mengambil dokumentasi ini masih di dalam garis batas, kita tidak akan melepaskan tukiknya dulu!”

Adon, pria yang bernama asli Ikhsan Jamaluddin itu, berbicara begitu keras. Begitu tegas. Padahal, matahari mulai turun ke peraduan. Waktu pelepasan tukik yang berjumlah 80 ekor ini mulai mencapai ujungnya. Bila tak dilepaskan segera, maka akan menimbulkan masalah baru. 

Beberapa fotografer yang berkumpul di dalam garis batas yang telah ditentukan. Dan, saya salah satu orang yang melanggar batas berkumpul. Semuanya mundur teratur, hingga akhirnya, masyarakat Lampuuk dan sekitarnya yang telah berkumpul, mulai melepas anak penyu. Suasana menjadi meriah, rindu bersambut. Antara debur ombak dan tukik yang merangkak menuju lautan luas.

Adon tengah memberikan pengarahan cara melepaskan Tukik Lekang di Lampuuk
Pantai Lampuuk di Aceh Besar ini, memang merupakan salah satu destinasi wisata laut terbaik di Aceh besar. Bahkan menjadi tujuan wisata utama bagi masyarakat kota Banda Aceh. Namun, siapa sangka, jika pantai yang selalu ramai dikunjungi saban minggu, menyimpan begitu banyak cerita. 

Tak banyak yang tahu, jika di pantai ini adalah Kawasan konservasi Penyu. Bahkan, beberapa penyu langka masih menjadikan Kawasan tersebut sebagai lokasi bertelur. Ada dua jenis penyu langka yang sering bertelur di pantai Aceh Besar, jenis penyu Belimbing dan penyu Lekang yang perlu dilestarikan. 

Jumat, 31 januari 2020, menjadi titik awal pertama kali saya menyaksikan kegiatan pelepasan anak Penyu Lekang di pantai tersebut. Setelah sebelumnya beberapa kali saya menghubungi Adon, menanyakan kapan diadakan pelepasan anak tukik. Sekalian saya ingin mengenalkan anak-anak kepada salah satu satwa yang sudah mulai langka ini. 

Dalam daftar IUCN telah menyatakan Penyu Laut masuk dalam Red List of Threatened Species (Daftar Merah Spesies yang Terancam). Rasanya, sangat wajar bila acara-acara yang penuh edukasi seperti ini, saya mampu menghadirkan anak-anak untuk belajar langsung di Alam.

kamera handphone tetap di tangan hihi
Hari itu, Adon terlihat begitu sibuk. Melayani 28 siswa-siswi Min Lampuuk yang penuh tanya. Setiap anak mengajukan begitu banyak pertanyaan. Mereka juga terlihat begitu serius mendengarkan penjelasan sembari menuliskan penjelasan Adon. Acara yang berlangsung di Pantai Babah Dua Lampuuk ini, terlihat begitu meriah. Kegiatan acara yang dilaksanakan oleh Aceh Japan Community Project dan Konservasi Penyu Lampuuk, menitik beratkan pada edukasi dini penyelematan penyu. 

“Tanpa penyu, pantai lampuuk nanti akan kesulitan untuk memancing ikan. Ayah-ayah kita nanti akan susah cari rejeki. Kenapa? Karena Penyu merupakan salah satu hewan yang menyehatkan terumbu karang. Kalau terumbu karangnya sakit, kek mana ikan di laut?” tanya Adon di sela-sela ia memberikan penjelasan kepada murid Min Lampuuk, Aceh Besar. 

“ikan akan hilang…!!!” jawab anak-anak itu dengan serempak.

salah satu kegiatan adalah melukis
Saya tersenyum, melihat percikan semangat yang membuncah dari diri putra-putri asli Lampuuk ini. Terlintas, dan terbayang, akan masa depan lampuuk akan semakin cerah. 

Ziyad, Bilqis, dan Khanza. Tiga abang beradik ini, begitu antusias. Melihat tukik yang bermain di tepian pantai. Pasir putih nan halus di Pantai Lampuuk, semburat senja yang merona perlahan, membuat suasana semakin syahdu. Satu persatu tukik pergi. Melarung hidup dalam lautan lepas.


Pantai Konservasi Penyu di Masa Depan di Aceh Besar


“Bang, coba abang bayangkan, jika di lampuuk ini, ada tempat khusus untuk menetaskan telur penyu. Dan itu bisa menjadikan Kawasan pantai Lampuuk ini sebagai tempat Konservasi Penyu di Aceh Besar.” Sore itu, wajah lelah terlihat begitu jelas dari wajah Adon dan beberapa temannya yang menjadi penggiat dari penyelematan Penyu. Namun, tidak dengan semangat mereka. Masih begitu berbinar. Tatkala ide itu diutarakan, saya mengangguk setuju 

Saya membayangkan, jika hal itu menjadi kenyataan. Betapa beruntungnya masyarakat Lampuuk pada khususnya dan Pemerintah kabupaten Aceh Besar pada umumnya. Ah, begitu keren! Membayangkannya saja saya sudah merinding. Melihat bagaimana nantinya Lampuuk, tak hanya menjadi Kawasan wisata laut, namun juga wisata edukasi penyu. Akan ada begitu ramai peniliti muda Aceh ataupun Nasional yang akan berkunjung ke sini. Hanya untuk meneliti si penyu ini. 

Tak sampai di situ, jika hal tersebut berhasil tentu akan memberikan nilai tambah ekonomi kepada masyarakat setempat. Satu hilang, tumbuh seribu. Jika selama ini, masyarakat masih ada yang mengambil telur penyu untuk di konsumsi dan dijual, nantinya, mereka pasti akan bahu membahu agar penyu menjadi lestari.


Komunitas yang telah berdiri sejak tahun 2011 ini, bukan tanpa masalah. Memang ada banyak pihak yang ikut membantu. Namun, masih begitu banyak bantuan yang untuk menutupi biaya bulanan yang tak sedikit. Mengingat biaya operasional mereka untuk kegiatan pemantauan, perawatan, dan lainnya mencapai kurang lebih 2 juta rupiah. Ini, belum lagi kebutuhan lahan untuk mengumpulkan telur penyu dan menetaskannya.

Kegiatan ini, mungkin terkesan sederhana, namun begitu bermanfaat. Demi anak-anak yang hari itu duduk berkumpul di saung-saung tepi pantai Babah Dua Lampuuk.

Jika kamu ingin tahu lebih banyak mengenai Konservasi Penyu Lampuuk, kamu bisa datang langsung ke Babah Dua, Pantai Lampuuk, Kabupaten Aceh Besar. Atau, kamu juga bisa mengontak Adon (0813-6041-8440) atau Yudi (0813-6045-8045) atau melalui instagram @konservasipenyu_lampuuk.