“Singoh beungoh tajep kuphi di Meulaboh atawa lon syahid,” 
Esok pagi kita minum kopi di Meulaboh atau saya akan mati syahid. begitulah ungkapan terakhir, dari Teuku Umar. Salah satu pahlawan Nasional yang berasal dari Aceh. 

Minum kopi sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Aceh sendiri. Sejak zaman kerajaan Aceh hingga sekarang zaman revolusi industri. Beragam jenis kopi tersedia di Aceh. Dulu kopi yang paling fenomenal adalah kopi cap rencong Aceh.

Nuansa menyajikan kopi tidak hanya sebagai pelengkap hidangan. Namun sudah menjadi suatu menu wajib dalam keseharian. Dan juga tidak ada ketentuan waktu khusus. Dalam setiap kesempatan ngumpul bareng teman dan keluarga kopi selalu menjadi saksi bisu diantara celoteh mereka.

Salah satu keunikan Aceh ini ialah memiliki ragam kopi dan jumlah penikmatnya yang ramai. Bahkan di kota besar seperti Banda Aceh, Lhok Seumawe dan Langsa. Setiap 15 meter sekali kita akan menemukan Coffee shop. Pun di desa pasti terdapat satu dua warung kopi. Sebagai tempat membicarakan topik penting hingga ngawur.

Aceh yang juga dikenal dengan adat pemulia jamee (Red;Aceh) atau memuliakan tamu. Berbarengan dengan adat tersebut salah satu bentuk cara memuliakan tamu dengan mehidangkan kopi. 

 Di Aceh Barat khususnya, kopi sudah menjadi kebutuhan yang penting. Argumen ini dapat dibenarkan dengan banyaknya penjual kopi di kota Meulaboh. Dari kota sampai ke desa. Kita akan mendapati penikmat kopi dari setiap lapisan masyarakat.  Tidak heran jika segelintir masyarakat menyajikan kopi setiap tiga kali sehari. 

“Aku merasa sangat dihormati di kampungmu. Setiba disana, aku langsung dihidang dengan kopi hitam. Sekaligus mempersilahkan duduk diatas tikar anyaman pandan,” ungkap salah satu teman dari Koeta Radja.

Iya, ini adat yang melekat. Dan masih terjaga baik hingga zaman ini di daerah perdalaman Aceh Barat.

Berbicara tentang kopi yang beragam jenisnya di Aceh. Jika di Aceh tengah ada kopi Gayo, kopi luwak dan lainnya. Maka di Aceh Barat ada yang namanya kopi khop. Kopi ini memiliki keunikan tersendiri, selain rasanya yang nikmat. Juga bentuknya yang unik.


Kopi khop disajikan dalam bentuk gelas terbalik didalam piring kecil. Peminum harus menyeruput lewat bawah gelas dengan pipet. Kopi ini diracik dengan bubuk yang kasar. Sehingga ketika di balik gelasnya, ampas kasar itu naik keatas tidak terminum dengan airnya. 

Mungkin bagi yang belum pernah melihatnya akan kebingungan ketika di sajikan di depan. Dengan posisi gelas terbalik di dalam piring kecil. 

           (Gambar oleh ; Nasrijal Lanta)

Di Meulaboh ibukota Kabupaten Aceh Barat bisa ditemukan kopi khop di pesisir pantai seperti Suak Ribee dan beberapa warung lainnya di pusat kota.

Di beberapa tempat yang menyediakan menu kopi Khop ini. Kita dapat menemukan sejumlah penikmat kopi. Diantara mereka ada yang sekedar hangout bersama teman-temannya. Atau berdiskusi penting ditempat yang terbuka. Bahkan ada yang sengaja berwisata ketempat tersebut untuk menikmati kopi gelas terbalik ini. 

Kopi Khop ini jika diperhatikan secara seksama. Berbentuk seperti  kupiah meukeutop raja Aceh tempo dulu. Salah satu bentuk ornamen kupiah meukeutop adalah tugu Teuku Umar yang ada di Suak Ribee. Atau lebih dikenal dengan batu putih. Konon di pantai inilah Teuku Umar wafat, ketika berperang melawan  Belanda. 

Nah kopi Khop sebagai bentuk Kupiah Meukeutop yang sering dipakai Teuku Umar. Dan juga melestarikan adat ngopi dari sejak masa dahulu kala.

Jika ke kota Meulaboh tanah Johan Pahlawan ini. Menjadi sesuatu yang penting untuk menikmati kopi khop. Menyeruput kopi di balik gelas terbalik secara pelan-pelan. Akan menjadikan pendatang kembali merindu kota ini.

Penjual kopi yang fenomenal ini mengatakan bahwa kopi khop sangat laris. Dalam sehari bisa laku hingga 200 gelas bahkan lebih. Selain di Meulaboh menu kopi khop juga bisa di dapatkan di puncak gunung gurute.

Saya rekomendasikan bagi pencinta kopi untuk mencoba kopi Khop ini di pesisir Kota Meulaboh. 

Meulaboh, 18 Juli 2020