Sungai Mas merupakan sebuah kecamatan kecil yang berada di Aceh Barat. Kenapa saya katakan kecil, karena hanya terdiri dari 18 desa dan masyarakatnya kurang lebih sekitar 3 juta jiwa.

Hei saya dibesarkan di Sungai Mas. Alam, budaya, adat istiadat melekat baik dalam diri saya. Tidak terkecuali persoal hutan. Sejak kecil bahkan jauh sebelum saya lahir. Masyarakat sudah sangat bergantung hidupnya kepada hutan. Saya ingat betul, ketika masih kecil Ayah membawa saya ke ladang. Di sekelilingnya ada hutan yang meranggas begitu gagah. 
  (Keanekaragaman hutan, foto                   oleh Jejakalotexplore )

Selain pepohonan yang besar. Ada berbagai aneka perbungaan yang tidak ada pada pemukiman warga. Dan juga, ada aneka jenis jamur yang hidup disela-sela dedaunan yang gugur. Tidak kurang segala jenis burung, hewan-hewan yang hidup liar di hutan.
(Salah satu potret hutan yang tersisa di Kecamatan Sungai Mas. Sumber foto: federasi.rangeraceh )

Saat menduduki bangku kelas V SD. Saya baru paham bahwa hutan adalah rumahnya para flora dan fauna. Ekosistem yang maha besar, dari makhluk yang bersel satu hingga makhluk raksasa. 

Saya juga masih ingat, gemericik air yang mengalir dari hutan begitu jernih. Kaum perempuan pergi berkelompok-kelompok ke hutan untuk mencari ranting kayu sebagai bahan bakar untuk memasak. Masih terngiang, di setiap rumah ada rangkang khusus untuk menyimpan kayu yang berjejer rapi. 

Perlahan saya tumbuh dewasa, melewati berbagai fase kehidupan. Disini saya tidak menemukan adanya edukasi dari pihak-pihak tertentu untuk masyarakat mengenai hutan. Sehingga kesadaran untuk menjaga hutan itu sangat kecil. Masyarakat seperti tidak merasa hutan sebagai sumber daya alam yang bisa habis. 

Bahkan, mulanya saya memperhatikan hutan ketika berumur 17 tahun. Ketika sering membaca berita atau artikel tentang hutan. Terlebih ketika merantau di kota,  saya begitu bangga terlahir dari desa yang memiliki alam yang indah.
Beranjak dari itu pula, saya intens mengikuti problematika hutan Indonesia yang terus mengecil dari tahun ke tahun. Begi juga dengan hutan di Sungai Mas yang sudah di ambang kepunahan.

Kecamatan kecil ini memiliki hutan yang terbilang luas dari kecamatan lain di Aceh Barat. Hal ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Aceh Barat tahun 2016. Bahwa Sungai Mas memiliki 69. 864. 48 hektar luas hutan lindung dan perairan. Nah ceritanya ini 4 tahun yang lalu.

Apakabar di tahun 2020 ini?

Ketika saya masih sekolah dulu, pagi hari sekitar jam 6:30. Matahari belum menampakkan diri secara jelas kepemukiman. Aliran sungai masih mengalir jernih. Hawa sejuk masih terasa hingga menjelang siang. Setelah beberapa tahun saya merantau, dan pulang. Begitu banyak perubahan yang siginifikan antara lima tahun yang lalu dengan sekarang. Air sungai sebagai sumber kehidupan masyarakat tidak lagi jernih bahkan nyaris keruh sepanjang tahun.

Selama 6 bulan terakhir ini, saya telah kembali menetap di desa yang telah membesarkan saya. Terbilang ada berbagai gerakan harmoni alam yang seakan sedang murka kepada manusia. Seperti banjir bandang, longsor belum lagi persoal orang tenggelam di arus sungai yang terasa janggal.
(Berbagai musibah yang terjadi sepanjang tahun di Kecamatan Sungai Mas)
Apakah ini sebagai teguran dari sang pemilik alam? 

Jauh dalam sanubari, merasa tak berguna untuk tanah kelahiran ini. Hendak bertindak tapi tak ada kuasa. Kadang saya berandai, hutan yang tidak seberapa luas lagi ini bisa tertata baik. Ada pengelolanya untuk terus terjaga. Seperti yang terdapat pada hutan Lauser atau lebih spesifiknya Seperti Desa Ketambe Aceh Tenggara. Sehingga hutan bisa terawat dengan baik. Dan bisa menjadi destinasi atau ekowisata. Agar layak dikunjungi para pencinta alam, wisatawan dan para peneliti.

Alangkah lebih bijak lagi, jika ada yang mau meadopsi hutan di Sungai Mas ini. Sebagai mana yang sedang digagas oleh hutan itu Indonesia

Dampak Kerusakan Hutan di Sungai Mas 
Perlahan, dampak kerusakan hutan mulai dirasakan masyarakat. Namun harmoni kemurkaan alam kepada manusia masih diabaikan. Terlebih persoalan longsor hingga jalan ambruk. Seperti yang saya kutip dari media Antara Aceh 

Persoalan longsor, jalan rusak, banjir bandang sudah menjadi musiman setiap tahunnya. Meskipun perhatian pemerintah datang begitu cepat. Namun kuasa pemilik alam lebih gagah dari besi teng itu semua.
(Jalan Sungai Mas yang sering amblas setiap musim hujan)

Merujuk pada beberapa literatur bahwa dampak dari kerusakan hutan akan timbul secara berkesinambungan. Lalu perlahan akan merusak tatanan kehidupan masyarakat. Berikut beberapa efek yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan yang saya kutip dari Ilmugeografi.com yaitu sebagai berikut :

1. Perubahan Iklim
Deforestasi berpengaruh besar terhadap perubahan iklim. Karena hutan penghasil terbesar gas Oksigen.  Ketika terjadi kerusakan hutan maka terjadilah perubahan suhu bumi dan iklim.

2. Kehilangan Berbagai Jenis spesies
Sebagai mana kita tahu bahwa hutan adalah rumahnya berbagai jenis spesies makhluk hidup dari berbagai jenis. Kerusakan hutan menyebabkan para makhluk hidup ini kehilangan habitat. Salah satu spesies yang paling terkenal di Sungai Mas adalah ikan jurung dan sejenis ikan tawar lainnya dari perairan sungai mas sendiri.
(Ikan Jurung merupakan spesies Pisces yang paling banyak di aliran Sungai Mas)

3. Abrasi
Pengikisan tanah pada pinggir perairan juga disebabkan oleh kegundulan hutan. Juga nanti berakibatnya sering terjadi banjir bandang.

4. Terganggunya Siklus Air
Pepohonan memiliki peran penting dalam dalam menjaga siklus air dengan menyerap curah hujan. Sehingga dengan banyaknya pepohonan air semakin bebas polusi dan pencemaran.

Hal ini, meskipun belum dirasakan langsung oleh masyarakat Sungai Mas. Namun jika hutan ini semakin menipis bukan tidak mungkin akan kesulitan air bersih.
 (Aliran Sungai Mas yang keruh sepanjang tahun)

5. Banjir
Banjir bandang bukan lagi hal yang asing di Sungai Mas. Bahkan setiap tahunnya mengalami hal tersebut. Ini adalah teguran paling nyata dari alam.

Faktor Menipisnya Hutan di Sungai Mas
Menipisnya hutan di perdalaman Aceh Barat ini disebabkan oleh beberapa faktor berdasarkan analisis saya sendiri : 
1. Tidak ada struktur pengelolaan
2. Rasa cinta dan rasa bergantung kepada hutan yang sangat minim.
3. Ambisi manusia untuk mendapatkan pemasukan secara cepat.
4. Tergiur dengan kekayaan alam yang bersifat sementara.
5. Keinginan untuk terlihat maju dengan bangunan pencakar langit.

(Bekas pijakan alat berat di hutan Sungai Mas)

Maka, melalui artikel sederhana ini, saya ingin menyampaikan. Bahwa saya mengkhawatirkan keadaan hutan Sungai Mas ini. Berharap pihak berwenang mengambil kebijakan. Agar hutan ini terus  terjaga, walaupun bukan di kawasan hutan lindung. Karena saya rasa semua hutan memang harus di lindungi.

Menurut saya, sangat penting memberikan sejenis edukasi untuk masyarakat. Agar mereka tergugah untuk melestarikan hutan ini sebagai pusat kehidupan dan rumahnya ekosistem. 

Dalam hal ini, program hutan itu Indonesia sangat luar biasa dalam upaya melestarikan hutan. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menjaga hutan menurut hutan itu Indonesia seperti adopsi hutan, mekampanyekan Hutan Indonesia, mengonsumsi hasil hutan, menyuarakan hutan dengan bakat dan talenta dan berkunjung ke hutan.

Saya merasa bangga dengan teman-teman pencinta hutan, yang sangat antusias dalam pelestarian hutan. Padahal mereka tidak dibesarkan dipinggir hutan. Namun memiliki cinta kepada hutan yang luar biasa. 

Bermula dari ini juga, saya berharap pesoal hutan di Sungai Mas yang sudah di ambang kepunahan. Menjadi PR  bersama, bagi saya dan masyarakat Sungai Mas lainnya. Untuk belajar  mencintai hutan dan melestarikannya.

  (Salah satu bentuk sikap mencintai hutan dengan cara mengunjungi hutan, photo  by jejakalotexplore )

Mari adopsi hutan untuk melestarikan hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia. Demi keberlangsungan hidup ragam spesies mahkluk hidup.