Tapi kalau kau sampai menikah, kau tak akan pernah lupa bahwa mobil sudah di gerbang! Kami datang untuk membawamu pada Rancho. Tapi hanya karena takut pada orang-orang kau menikahi keledai ini, Phia
Penggalan percakapan Film 3 Idiot ini terus menerus terngiang di telinga. Rashtogi, salah satu pemeran pria dalam film tersebut berusaha menyakinkan seorang wanita, bernama Phia untuk berani melangkah. Mengambil sebuah keputusan besar agar tidak kecewa dikemudian harinya.

Untung tak dapat di raih tanpa usaha yang maksimal. Bahkan ketika kita berpikir bahwa semuanya sudah selesai. Pagi masih terlalu pagi untuk saya menyesali keadaan kenapa semalaman harus padam listrik. Listrik mati, berarti anak-anak akan rewel sepanjang malam. Mereka rewel, artinya saya dan istri harus kerja ekstra di malam hari. Sampai menjelang shubuh listrik di kota Madani ini masih saja belum nyala. Angin tak bertiup malam itu. Seolah merestui kemalangan yang sedang berlaku.

“Bang, bangun, Abang telat!” baru saja mata terpejam untuk mengusir lelah. Tiba-tiba istri berteriak dengan panik sembari mengoyang tubuh saya dengan hebat. Ia terus menerus menunjuk jam dinding. Celaka dua belas! Pukul enam kurang lima menit! Shubuh lewat, dan bukan hanya subuh yang lewat. Pesawat singa merah pun sudah terbang menuju kota medan. Saya ketinggalan pesawat pagi itu, kawan!

Menggerutu tidak bisa menyelesaikan masalah. Keadaan sudah terlanjur basah dan harus mandi wajib di pagi buta. Sesekali saya termenung, merenungi nasib yang seolah begitu kacau. Tiket sudah ditangan, kontrak kerja sudah di cetak. Tinggal bangun pagi saja susah? Pemalas! Batin saya terus menggerutu tak jelas. Anak-anak sampai bangun hanya karena saya yang terus menerus menggerutu.

Mandilah dulu, terus kita ke Bandara sekarang. Nanti kita bahas di sana. Pokoknya jalan dulu ke bandara” Di usapnya pipi ini dengan lembut. Istri saya mencoba menguatkan diri ini. Ah, iya, kenapa tidak di coba. Mandi junub, lalu bergegas ke bandara.

Keadaan semakin tidak terkendali. Motor tua ini bertingkah sejadi-jadinya. Bermogok-mogok ria di tengah jalan yang sekiri-kanannya adalah persawahan. Cari bensin di mana? Sarapan belum. Secangkir teh pun, belum terserap di lidah. Istri masih setia menemani. Terus menerus dia mencoba menenangkan pria lebay yang ngomel-ngomel tak jelas itu. Seperti tak tahu diri.
****  
Kaki sudah di bandara Sultan Iskandar Muda, telephone sudah berdering, tempat di ujung sana sudah disiapkan. Apa hanya karena hangus tiket berangkat maka semuanya harus dihentikan di sini?! Tidak! Biarkan orang berkata saya kerja tak jelas. Biarkan saya tak disenangi oleh mertua karena kerja “cula caloe”. Saya tetap berangkat. Apapun caranya. Mereka itu kan tidak tahu cobaan dompet ketika harus bertanding dengan mahalnya harga popok bayi dan naiknya harga susu formula?

“Rid, tolong tiket ke Jakarta jam sepuluh pagi hari ini juga ya? Insya Allah duitnya nanti saya bayar kalau sudah di Jakarta. Please” saya berusaha mengakhiri drama perjalanan kembali ke Jakarta dengan sebuah sms singkat ke seorang teman lama, istri hanya mengangguk tanda setuju. Dan itu artinya, kami harus memeras isi celengan yang berisi duit sisa untuk melewatkan pertaruhan hidup di bulan April.

Film 3 pemuda yang dianggap idiot di sebuah kampus di negeri Hindustan yang telah saya tonton puluhan kali itu, berhasil membuat saya menjadi seorang yang nekat. Yups, akhirnya saya tetap berangkat jam 10 pagi, sampai di Jakarta pukul 2 siang. Sedangkan acara sudah mulai sejak pukul satu siang. Drama berakhir! Saya terbang dan berhasil sampai Jakarta lengkap dengan delay dan kebut-kebutan di jalan tol sampai ke seputaran gajah mada.

Gelisah yang tak menentu akhirnya sirna. Senyum-senyum mengembang, ketika saya akhirnya berhasil bertemu dengan 4 orang blogger keren. Sebuah rasa senang yang tak terkira. Daeng Ipul, Mbak Dewi Rika, Bang Idep dari Lombok, dan kang Unggul Sugena. Singkatnya waktu pertemuan hanya menyisakan sedikit cerita. Tapi, saya senang, apalagi ketika pihak www.ezytravel.co.id memberikan sebungkus makan siang, sekotak kue, dan beberapa air mineral kemasan. Rasanya, seperti bertemu oase di tengah padang pasir. Bagaimana tidak, makan pagi di niatkan dalam makan siang di pukul empat sore.


Tadinya, saya berharap bisa bertemu mbak Cindy (ceritanya di sini), sayang, dia sedang cuti. Mbak Iona yang berambut ungu pun sudah tak ada lagi di gedung dwidaya tour. Ternyata, ia, sudah resign beberapa bulan sebelum saya ke Jakarta. Ah…

Paling tidak, Jakarta, I’m Back!
Senang bisa kembali bertemu dengan pihak ezytravel